Surabaya (ANTARA) - Koordinator Produk Riset COVID-19 Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Prof Ni Nyoman Tri Puspaningsih mengatakan pengembangan vaksin Merah Putih telah mempertimbangkan mutasi virus corona yang telah ditemukan selama setahun terakhir.
Prof. Nyoman di Surabaya, Selasa mengatakan empat mutasi virus corona telah ditemukan selama setahun ini adalah D614G, B117, E484K dan B1525. Sedangkan sejak awal di Surabaya sudah masuk mutan D641G.
"Vaksin yang dikembangkan saat ini telah mempertimbangkan mutasi virus COVID-19. Adapun mutan yang paling utama dan paling penting D641G, karena semua mutasi varian di tempat lain masih memiliki G," katanya.
Menurutnya, mutasi virus baru lainnya masih memiliki D614G di dalam strain-nya. Kemudian, strain D berubah ke G ini yang digunakan dalam vaksin Merah Putih platform Unair.
"Varian baru yang muncul di Inggris, Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan India semuanya masih punya D614G. Strain kita tidak ada lagi strain Wuhan D614. Hasil penelitian kami sudah zero sejak akhir April. Semuanya sudah G sekarang," ujarnya.
Selain itu, tim peneliti Unair juga menggunakan mutasi E484K yang ditemukan di negara lain seperti di Jepang, AS, Inggris, India dan Brazil.
"Munculnya varian baru di lokasi lain sudah memperhatikan whole genome sequence yang dilakukan tim peneliti lengkap. Ini merupakan strain mutan, tapi mutan Indonesia ada D614G dan E484 tapi E-nya bukan K tapi D. Tapi lokasinya sama di sana. Ini spesifik untuk Indonesia," katanya.
Wanita yang juga Wakil Rektor I Unair itu mengatakan, tidak menutup kemungkinan pihaknya akan menguji mutasi virus lainnya dengan vaksin Merah Putih.
"Belum bisa dipastikan pemakaian strain mutan (D541G) maka efikasinya bisa tinggi. Harus melihat hasil uji klinisnya," katanya.
Namun, saat ini timnya juga sedang mencoba melihat efikasi dalam uji preklinis dengan tikus yang sudah memiliki antibodi.(*)