Bandung (ANTARA) - Youtuber yang menjadi tersangka kasus candaan alias 'prank' bantuan sembako berisi sampah, Ferdian Paleka, menyampaikan permintaan maaf kepada masyarakat atas tindakannya.
Permintaan maaf tersebut ditujukan kepada rakyat Indonesia dan kepada korban waria yang telah dirugikan atas perbuatan. Mata youtuber Ferdian Paleka nampak berkaca-kaca saat menyampaikan permohonan maaf tersebut.
"Saya minta maaf untuk seluruh rakyat Indonesia, terutama rakyat Kota Bandung dan Transpuan yang telah saya prank dengan ngasih sembako isi sampah, saya sangat menyesal atas kelakuan saya, semoga saya dimaafkan," kata Ferdian Paleka dengan baju tahanan warna oranye di Mapolrestabes Bandung, Jumat.
Ferdian Paleka menyangkal ide pembuatan video prank bantuan berisi sampah tersebut berasal dari seorang rekannya yang berinisial A. Menurutnya, ide pembuatan video tersebut dicetuskan secara bersama-sama.
"Awal mula buat konten hanya untuk hiburan saja, tidak ada maksud lain selain itu," kata Ferdian.
Ferdian Paleka mengaku bersembunyi ke Palembang karena takut akan hukuman yang menantinya. Namun, ia tidak menyebutkan motif rencananya untuk kembali ke Kota Bandung.
Selain itu, Ferdian Paleka menyampaikan bahwa dirinya tidak menggunakan media sosial sejak Minggu (3/5), sehingga memastikan bahwa yang konten lainnya beredar di media sosial saat dirinya dicari oleh polisi adalah hoaks.
"Bukan, saya tidak megang sosial media sama sekali," kata dia.
Sementara itu, Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Barat Kombes Pol Hendra Suhartiyono mengatakan Ferdian Paleka sempat kabur ke Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, selama tiga hari untuk bersembunyi.
Awalnya, pihaknya akan bekerja sama dengan Polres Ogan Komering Ilir untuk melakukan pencarian terhadap Ferdian. Namun, atas petunjuk yang didapat dari pemeriksaan orang tuanya, Timsus Ditreskrimum Polda Jawa Barat bersama Tim Satreskrim Polrestabes Bandung melakukan pencarian mandiri.
"Dapatlah titik (petunjuk) di OKI, akhirnya orang tuanya kita lepas, setelah itu orang tuanya kita ikutin, ternyata ke arah Merak," kata Hendra.
Dalam kasus ini, polisi menerapkan Pasal 45 Ayat 3 UU ITE tentang penghinaan atau pencemaran nama baik melalui informasi elektronik.
Selain itu, polisi juga menerapkan dua pasal tambahan atas kasus tersebut, yakni Pasal 36 dan Pasal 51 Ayat 2 UU ITE Nomor 11 Tahun 2008, dengan ancaman hukuman 12 tahun penjara dan denda maksimal Rp12 miliar.