Kediri (ANTARA) - Istri almarhum Gus Miek atau KH Hamim Tohari Djazuli, yakni Bu Nyai Lilik Suyati Hamim Djazuli, wafat pada Minggu malam, setelah sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Kabar wafatnya istri Gus Miek yang juga pendiri amalan dzikir Jama'ah Mujahadah Lailiyah, Dzikrul Ghofilin, dan sema'an al-Qur'an Jantiko Mantab tersebut awalnya beredar di jejaring grup sosial seperti WhatsApp. Isinya mengabarkan bahwa istri almarhum Gus Miek wafat.
"Innalillahi wa innailaihi rojiun. Sampun kapundut dateng ngersane Allah SAW, Nyai Miek Garwo Gus Miek. Mugi-mugi pinaringan husnul khotimah. Dumateng jamaah pecinta majelis semaan Al-Quran wa Dzikrul Ghofilin Jantiko Mantab, santri-santri Gus Miek, penderek jamaah setia Gus Miek dipun aturi rawuhipun dateng Ploso Kediri, Jawa Timur.”
(Innalillahi wa innailahi rojiun. Telah berpulang ke hadapan Allah SWT, Nyai Miek istri dari Gus Miek. Semoga husnul khotimah. Kepada jamaah pecinta majelis semaan Al-Quran wa Dzikrul Ghofilin Jantiko Mantab, santri-santri Gus Miek, pengikut jamaah setia Gus Miek diharapkan kehadirannya ke Ploso, Kediri, Jawa Timur). Demikian tulisan dari pesan yang beredar di WhatsApp tersebut.
KH Abdurrahman Al Kautsar, putra KH Nurul Huda Jazuli, salah satu pengasuh Ponpes Al Falah, Ploso Mojo, mengatakan saat ini keluarga dan para santri berduka dengan wafatnya almarhumah.
"Seluruh santri dan kiai sepuh berduka atas wafatnya beliau, mohon doanya," katanya kepada wartawan.
Dikutip dari grup facebook Majelis Semaan Al-Quran wa Dzikrul Ghofilin Jantiko Mantab, Gus Miek menikah dengan seorang gadis yang bernama Lilik Suyati dari Setonogedong.
Pernikahan tersebut atas saran dari Mbah Yai Dalhar Gunung Pring, Magelang dan Mbah Yai Mundzir Bandar, Kediri. Karena, menurut Mbah Dalhar dan Mbah Mundzir, hanya gadis itulah yang akan sanggup mendampingi Gus Miek.
Dia akan sanggup bertahan dan bersabar dengan lingkungan, orang-orang dan tokoh tokoh di sekitar Gus Miek dan juga dengan cara berdakwahnya.
Pada awalnya, rencana pernikahan itu ditentang KH Jazuli serta Nyai Radliyah. Penolakan tersebut mungkin didasari dari latar belakang Lilik Suyati, seorang gadis kota yang tidak pernah mondok. Setelah melewati proses panjang akhirnya pernikahan itu disetujui.
Awal berumah tangga, berbagai macam persoalan mulai muncul. Gus Miek yang tetap dengan kebiasaan lamanya, sering keluar rumah berhari hari untuk berdakwah di tempat perjudian, tempat mabuk-mabukan hingga lokalisasi.
Sedangkan Lilik Suyati, seorang gadis kota yang asing dengan dunia pengajian dan pesantren, yang biasa hidup dengan keramaian kota. Belum lagi sikap dari keluarga Ploso.
Akan tetapi, sekali lagi Gus Miek membuat heran orang-orang di sekitarnya. Keluarga Ploso yang semula ragu dengan pernikahan Gus Miek pun dibuat kagum. Begitu Bu Nyai Lilik Suyati diboyong ke Ploso, Bu Nyai Lilik berubah total.
Kebiasaanya sebagai gadis kota laksana hilang, berganti seperti layaknya seorang gadis pondok. Bu Nyai Lilik tidak pernah keluar tanpa seizin Gus Miek. Kebiasaannya berdandan tetap berlanjut, itu pun hanya ditujukan untuk menemani Gus Miek.
Hingga dikarunia putra dan putri, Bu Nyai Lilik tetap bersabar dan setia, meski jarang dijenguk oleh sang suami. Berminggu minggu, hingga berbulan bulan ditinggal Gus Miek berdakwah di luar, meski tanpa memberi kabar, Bu Nyai tetap setia dan percaya dengan kehidupan Gus Miek di luar rumah.
Rencananya, Ibu Nyai Miek atau Hj. Lilik Suyati Hamim Djazuli dimakamkan pada Senin (7/10) pukul 08.00 WIB di samping makam Gus Miek, tepatnya di makam Dusun Tambak, Desa Ngadi, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.
Saat ini, jenazah masih di rumah duka. Pelayat juga memadati rumah duka.