Pamekasan (ANTARA) - Wakil Bupati (Wabup) Pamekasan, Jawa Timur, Raja'e di Pamekasan, Minggu, memimpin deklarasi penanganan penyakit kerdil (stunting) dan kampanye hidup sehat sebagai upaya untuk menekan angka jenis penyakit itu, serta membudayakan hidup sehat di kalangan masyarakat.
"Gerakan ini dimaksudkan untuk mewujudkan kesadaran sistemik di kalangan masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat dan menekan angka kasus stunting," kata Raja'e.
Ia menambahkan, angka kasus anak kerdil di Pamekasan masih sangat tinggi, bahkan tercatat menempati urutan terbanyak kedua di Jawa Timur.
Prevalensi kasus ini pada 2013 di Kabupaten Pamekasan pernah tercatat 42,5 persen, dan menduduki rangking tertinggi kedua di Jawa Timur setelah Kabupaten Bangkalan.
Namun, pada tahun 2018, angka kasus anak kerdil menurun menjadi 27,67 persen.
"Ini tentu tidak lepas dari peran semua pihak, terutama pada petugas medis dari dinas kesehatan (Dinkes) yang tersebar di berbagai kecamatan di Pamekasan ini," ujar Raja'e.
Mantan Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pamekasan ini selanjutnya mengajak, agar kegiatan "Kampanye Sehat Cegah Stunting" itu tidak hanya menjadi kegiatan formal belaka, akan tetapi para petugas medis, para kader posyandu dan jajaran kepala puskesmas dan Dinkes Pemkab Pamekasan lebih serius dan semangat untuk terus menekan angka kasus anak kerdil di Pamekasan.
Penyakit stunting ini merupakan kondisi gagal tumbuh pada anak berusia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada periode 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu dari janin hingga anak berusia 23 bulan.
Kampanye Sehat Cegah Stunting yang digelar Dinkes Pamekasan bersama jajarannya, Minggu (29/9) itu ditandai dengan penyuntikan dengan menggunakan jarum suntik raksasa oleh Wabup Pamekasan Raja'e dan pembacaan deklarasi.
Sebelum deklarasi, Wabup bersama Forkopimda Pemkab Pamekasan bersama ribuan warga dari 13 kecamatan melakukan jalan-jalan sehat berkeliling kota Pamekasan dengan membawa spanduk, dan poster tentang ajakan hidup sehat dan mencegah stunting.
Masing-masing puskesmas dan puskesmas pembantu (pustu) juga memamerkan teknik dan upaya promosi penanganan kasus balita kerdil itu kepada masyarakat di stand masing-masing.
Guna menciptakan pemahaman kepada khalayak tentang jenis penyakit ini dan sistem penangannya, juga ditampilkan pementasan dalam bentuk drama.
"Sosialisasi melalui pentas seni ini kami gelar, karena dengan cara begini, akan lebih mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat umum," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Pamekasan, Farid Anwar.
Sementara, terkait kasus stunting atau balita kerdil ini, Global Nutrition Report 2016 mencatat bahwa prevalensl stunting di Indonesia berada pada peringkat 108 dari 132 negara.
Di samping itu, Indonesia tercatat sebagai salah satu dari 17 negara yang mengalami beban ganda gizi, baik kelebihan gizi maupun kekurangan gizi.
Sedangkan di kawasan Asia Tenggara, prevalensi stunting di Indonesia merupakan tertinggi kedua, setelah Kamboja. (*)