Surabaya (ANTARA) - Perusahaan Pelayaran PT Dharma Lautan Utama (DLU) bertahan di bisnis transportasi angkutan laut meski dalam satu dasawarsa terakhir hanya meraup keuntungan yang terbilang kecil atau sedikit.
"Komitmen dan amanah untuk melayani publik yang membuat DLU sampai sekarang bertahan di bisnis transportasi laut," ujar Direktur Utama PT DLU Erwin H Poedjono kepada wartawan di sela perayaan ulang tahun ke- 43 PT DLU di Surabaya, Sabtu.
Ulang tahun PT DLU ke- 43 itu salah satunya dirayakan dengan kegiatan bakti sosial membagikan ratusan paket sembako gratis kepada warga di Kampung Gadukan Utara Surabaya.
"Meski keuntungan yang didapat dari bisnis pelayaran kecil, kami tetap rutin menggelar kegiatan bakti sosial seperti ini setiap tahun. Di luar ulang tahun, kami juga rutin menggelar bakti sosial semacam ini pada setiap menjelang lebaran," ucapnya.
Keuntungan kecil yang dimaksud karena bisnis pelayaran sejak sekitar 10 tahun terakhir terbilang kalah bersaing dengan perusahaan atau maskapai penerbangan.
Manager PT DLU Cabang Tanjung Perak Surabaya Doni Surya menggambarkan sejak maskapai pesawat terbang berlomba-lomba menurunkan tarif sehingga terjangkau oleh masyarakat kelas menengah, para penumpang pun mulai meninggalkan moda transportasi angkutan laut.
"Itu membuat keterisian muatan kapal kami di setiap pelayaran rata-rata hanya sekitar 60 persen dari keseluruhan kapasitas," katanya.
60 persen jumlah muatannya itupun, lanjut dia, pada beberapa pelabuhan, setelah melalui penundaan keberangkatan selama beberapa hari.
"Paling sering yang harus melalui `delay' agar muatannya mencapai 60 persen adalah di Pelabuhan Kumai, Banjarmasin dan Balikpapan," ujarnya.
DLU saat ini memiliki enam armada jalur lintas panjang yang setiap harinya berangkat dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya ke berbagai tujuan, seperti Batulicin, Sampit, Makassar, selain Kumai, Banjarmasin dan Balikpapan.
"Sebelumnya kami punya delapan armada kapal laut, yaitu dua di antaranya melayani pelayaran tujuan Ende dan Maumere. Tapi masing-masing armadanya mengalami musibah dan sampai sekarang belum ada gantinya," kata Doni.
Anggota Komisi V Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Bambang Harjo Soekartono menyebut kapal tol laut yang sesungguhnya adalah DLU.
"Kami tetap bertahan dengan mengedepankan pelayanan dan akan terus meningkatkan pelayanan angkutan laut tanpa mengandalkan subsidi dari pemerintah meski keuntungan yang kami dapat sedikit," ucap perintis usaha pelayaran PT DLU itu.
Bambang Harjo justru mendorong kapal tol laut yang disubsidi pemerintah dalam setiap pelayarannya harus mendapatkan muatan hingga 80 persen.
"Selama ini tol laut hanya merugikan uang negara karena di setiap pelayaran muatannya tidak pernah lebih dari 30 persen," ucapnya. (*)
DLU bertahan di bisnis pelayaran dengan keuntungan kecil
Sabtu, 2 Maret 2019 20:27 WIB
Sejak maskapai pesawat terbang berlomba-lomba menurunkan tarif sehingga terjangkau oleh masyarakat kelas menengah, para penumpang pun mulai meninggalkan moda transportasi angkutan laut