Bojonegoro (Antaranews Jatim) - Penangkaran Rusa Jawa (Cervus Timorensis) di kawasan hutan di, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, keberadaannya belum lama.
Namun, penangkaran Rusa Jawa kerja sama Kesatuan Pemangkutan Hutan (KPH) Parengan, Tuban, PT Pertamina EP Asset 4 Cepu Field dan Fakultas Kehutanan UGM, yang dimulai sejak 2014 itu, sekarang berkembang menjadi objek wisata edukasi.
"Pengunjungnya sebagian besar anak-anak, mulai PAUD, TK, juga siswa SD," kata petugas di pengkaran Rusa Jawa di Bojonegoro Masrap, dalam perbincangan dengan Antara, Rabu (18/7).
Sebagaimana dijelaskan Masrap, para pengunjung bisa melihat Rusa Jawa dari luar kandang yang berukuran 4.800 meter persegi.
"Para pengunjung masih belum dikenai biaya untuk melihat Rusa Jawa," ucapnya.
Lokasi kandang di penangkaran Rusa Jawa itu, antara lain berupa kandang jepit dan sekaligus dapat digunakan sebagai kandang persalinan dan penyapihan bagi indukan yang akan melahirkan.
Dengan adanya kandang penyapihan ini, anak rusa yang baru lahir tidak berisiko mati akibat gangguan dari rusa dewasa lainnya.
"Kalau hari libur pengunjungnya cukup banyak tidak hanya Bojonegoro, tapi juga Tuban dan Blora, Jawa Tengah. Kalau dijumlah pengunjungnya bisa sampai 500 pelajar dalam sebulan," ucapnya.
Begitu pula, Masrap juga mengatakan belum berani membuat kegiatan atraksi ketika memberi makan Rusa Jawa sebagai tontotan objek wisata, karena petugas di penangkaran hanya dua orang. Padahal, ketika dia memberikan makanan ubi kayu maka akan banyak Rusa Jawa yang berlompatan saling berebut.
Permasalahannya, lanjut dia, di lokasi penangkaran karena petugasnya hanya dua orang, tidak mungkin membuat kegiatan wisata. Selain dua petugas harus bekerja sendiri mencari rumput, juga merawat Rusa Jawa kalau terjadi sesuatu misalnya sakit.
"Kami juga belum berani memberi kesempatan kepada anak-anak untuk memberi makanan kepada Rusa Jawa, ya bisa berbahaya kalau salah dalam memberikan makanan," ujarnya.
Hal senada disampaikan Administratur KPH Parengan, Tuban Badaruddin, yang menyebutkan pihaknya berniat mengembangkan lokasi penangkaran Rusa Jawa menjadi objek wisata.
Dengan demikian, lanjut dia, lokasi setempat tidak hanya sebagai penangkaran Rusa Jawa, tapi bisa benar-benar menjadi objek wisata edukasi, selain juga dikembangkan menjadi lahan bisnis dengan menjual Rusa Jawa.
Ia mencontohkan dua ekor Rusa Jawa di pengkaran sudah ada yang dibeli pabrik Semen Holcim dengan harga Rp15 juta, beberapa waktu lalu.
"Harga satu ekor Rusa Jawa Rp7,5 juta itu lebih tinggi dibandingkan harga diluaran yang hanya Rp5 juta per ekor," ucapnya.
Pada awalnya di lokasi setempat hanya ada 10 Rusa Jawa yang diperoleh dari KPH Blitar juga tempat lainnya. Sekarang sudah berkembang menjadi 48 ekor Rusa Jawa baik jenis jantan maupun betina, di antaranya, tujuh ekor Rusa Jawa ditempatkan di objek wisata Prataan di Desa Wukiharjo, Kecamatan Parengan, Tuban.
Karena penangkaran Rusa Jawa berkembang dengan baik, maka sesuai ketentuan harus dilepas di alam liar. Sesuai rencana empat ekor Rusa Jawa (satu jantan, tiga betina) akan dilepas di Hutan Tahura Raden Soeryo, Malang, pada 5 Nopember.
Pelepasan Rusa Jawa, kata dia, dari hasil kajian Fakultas Kehutanan UGM tidak bisa dilakukan di kawasan hutan KPH Parengan, Tuban, yang luasanya sekitar 17.000 hektare.
Meskipun hutan di KPH Parengan memiliki makanan berlimpah, mulai rumput juga daun-daunan, tapi pelepasan Rusa Jawa di hutan jati di daerahnya akan terbentur dengan masalah sosial, misalnya, menjadi buruan masyarakat.
Ia juga memberikan gambaran Kijang, juga binatang yang dilindungi di kawasan hutan di wilayahnya juga menyusut dratis disebabkan perburuan liar.
"Program penangkaran Rusa Jawa untuk perjanjian kerja sama (PKS) dengan PT Pertamina EP Asset 4 Cepu Field akan berakhir Desember ini. Ya perlu diperpanjang agar ada sponsornya untuk dikembangkan sebagai objek wisata dan bisnis," ujarnya menegaskan.
Yang jelas, menurut "Fiel Manager" PT Pertamina EP Asset 4 Cepu Field Afwan Daroni, banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan penangkaran Rusa Jawa.
Selain aspek konservasi yaitu bisa melestarikan keberadaan jenis spesies Rusa Jawa, juga bisa menjadi objek eko-wisata sekaligus untuk kepentingan pendidikan lingkungan.
"Hasil penangkaran Rusa Jawa memiliki prospek untuk dikembangkan dalam skala budidaya komersial termasuk penangkaran berbasis masyarakat di sekitar hutan. Hal ini sekaligus akan membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan," ucapnya menegaskan.
Pemilik travel wisata di Bojonegoro Wahyu Setiawan,sepakat lokasi penangkaran Rusa Jawa itu dikembangkan sebagai objek wisata edukasi. Lokasi itu bisa menjadi satu paket dengan wisata edukasi gerabah di Desa Rendeng, Kecamatan Malo.
Selain itu, lanjut dia, juga objek wisata Wali Kidangan dan melihat keindahan Bengawan Solo dari kawasan hutan jati juga di Kecamatan Malo.
"Objek wisata penangkaran Rusa Jawa menjadi wisata edukasi juga menjadi penelitian," tuturnya.
Mencapai lokasi penangkaran Rusa Jawa yang lokasinya di kantor Perhutani di Kecamatan Malo, tidaklah sulit, apabila ditempuh dari Kota Bojonegoro, hanya sekitar 20 kilometer.
Bagi wisatawan domestik (wisdom) terutama anak-anak akan lebih lengkap setelah menyaksikan penangkaran Rusa Jawa juga mengunjungi wisata edukasi gerabah Rendeng, Kecamatan Malo, yang lokasinya tidak jauh.
Bahkan, wisdom bisa meneruskan mengunjungi objek wisata migas "The Little" Teksas Wonocolo, yang masuk Geopark Nasional hamparan minyak bumi dan Kampung Tumo keduanya di Kecamatan Kedewan. (*)
Video oleh Slamet Agus Sudarmojo