Surabaya (Antaranews Jatim) - Mahasiswa Fakultas Industri Kreatif Jurusan Desain Manajemen Produk Universitas Surabaya Florentina Tiffany membuat souvenir khas kota Surabaya berupa "board game" yang diberi nama Sliwar Sliwer Suroboyo untuk mendukung Surabaya sebagai kota wisata.
Florentina Tiffany mengatakan, potensi board game di Surabaya cukup menjanjikan karena pangsanya secara keseluruhan di Indonesia naik sembilan persen tiap tahunnya sejak 2015 menurut APIBGI (Asosiasi Pegiat Industri Board Game Indonesia).
"Kurangnya souvenir khas Surabaya yang mendukung Surabaya sebagai kota wisata, padahal potensi di bidang ini sangat bagus," kata dia.
Dia menjelaskan, board game Sliwar Sliwer Suroboyo ini terdiri dari sembilan buah ikonisasi yang berbentuk tempat wisata di kota Surabaya yang bisa bongkar pasang yaitu Taman Bungkul, Siola, Balai Kota, Monumen Kapal Selam, Tugu Pahlawan, Kebun Binatang Surabaya, Balai Pemuda, Museum 10 Nopember, Gabungan Monumen Bambu Runcing dan Patung Sura-Baya.
Dalam permainan itu terdapat 25 buah lempengan board game, 50 koin, 10 kartu gambar, 15 kartu perintah permainan, dan sembilan pion yaitu profesi dokter, polisi, siswa, PNS, perawat, pegawai swasta, pedagang asongan, mekanik, dan bonek. Selain itu, terdapat tiga macam permainan yaitu board game 1, board game 2, dan board game 3.
Tiffany menggunakan kayu sungkai sebagai bahan utama permainnya. Pada proses pembuatan, dimulai dengan pembuatan pola terlebih dahulu menggunakan AutoCad kecuali pion pemain. Juga dipakai lem putih untuk merekatkan kayu sungkai.
"Setiap bagian pada board game dipotong dengan `laser cutting`, sedangkan pion pemain dibuat dengan menggunakan mesin bubut. Setelah kayu dipotong dan dibubut, dilakukan `finishing` untuk menghaluskan dan mengkilapkan permukaan kayu," tutur Tiffany.
Bahan-bahan lain yang digunakan adalah cat poster untuk mewarnai pion karena warnanya bagus, cerah dan tidak luntur dan stiker vinyl transparan yang diprint untuk ditempelkan di kartu-kartu.
Permainnya yang diciptakan Tiffany dapat dilakukan dengan dua orang atau maksimal empat orang. Dia mengaku, board game tersebut terinspirasi dari board game Santorini karya Gordon Hamilton namun yang sudah dimodifikasi.
"Board game Santorini hanya bisa dimainkan oleh dua pemain," kata dia.
Ada beberapa kesulitan yang dialaminya saat proses pembuatan. Di antaranya adalah "tryal eror" yakni untuk bisa menentukan berapa koin, apakah 10 atau 20 dan juga mengejar "knock down system".
Proses yang dilalui Tiffany mulai dari mencari data sampai jadi membutuhkan waktu satu tahun. Sedangkan proses kreatf butuh waktu tiga bulan.
Tiffany membandrol mainan buatannya dengan harga satuan. Setiap satuannya dihargai berbeda tergantung kesulitan pembuatannya. Untuk Balai Pemuda dan Siola dia mematok harga Rp650 ribu sementara untuk Taman bungkul Rp450.
Selain pasar Indonesia, dia juga membidik pasar internasional dengan mulai memasarkannnya lewat aplikasi Etsy. "Harga untuk internasional tentu beda dengan yang dipasarkan di Indonesia. Karena di sana pajaknya juga beda. Namun memang selama ini penjualan masih lokal surabaya," tuturnya.(*)
Video Oleh Willy Irawan
