Ponorogo (Antara Jatim) - Faktor kemiringan tebing, struktur batuan, perubahan tata guna lahan hingga tingginya curah hujan menjadi sejumlah faktor yang diungkap tim kaji cepat UGM sehingga menyebabkan terjadinya longsor di Desa Banaran, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Sabtu (1/4).
"Penyebab longsor di (Desa Banaran) Ponorogo ini memang cukup kompleks," kata anggota tim kaji cepat UGM Bagus Bestari Kamarulah di Ponorogo, Selasa.
Ia menyebut ada beberapa faktor yang mempengaruhi sehingga terjadi longsor besar itu. Pertama, kata Bagus, adala kemiringan tebing yang mencapai 60 derajat lebih sehingga risiko terjadinya pergerseran tanah (land sliding) tinggi.
Selain itu, faktor yang tak kalah penting dari temuan lapangan terkait struktur tanah/batuan yang menurut hasil pengamatan material longsordan topografi irisan tebing yang longsor adalah hasil pelapukan dari gunung berapi.
"Jenis batuan itu memiliki sifat lepas-lepas, sehingga sangat rawan sekali terjadi longsor," kata Bestari.
Bagus mengungkapkan, dari pengamatan yang dilakukan tim kaji cepat UGM bersama tim peneliti dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), ditemukan adanya zona lemah sepanjang 1,5 kilometer dari titik nol longsor hingga ke sisi selatan.
Sementara itu, kondisi tata guna lahan yang ada di lereng perbukitan juga cukup memprihatinkan, karena banyak dijumpai tanamn lain yang dinilai tidak layak berada di kawasan lereng.
"Tanaman yang tumbuh di sekitar lereng lokasi longsor ini adalah tanaman jahe yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat, kemudian ada juga bambu, tanaman bambu. Jenis-jenis (tanaman) itu tidak cocok di tebing, harusnya di bawah tebing," paparnya.
Menurut penjelasan Bagus, pemicu longsor besar di Banaran adalah tingginya curah hujan yang ada di sekitar kawasan lokasi bencana.
Hujan bahkan diinformasaikan mengguyur selama tiga hari sebelum kejadian secara terus-menerus dengan intensitas tinggi.
"Sehari sebelum kejadian itu hujan terjadi mulai dari sore hingga tengah malah. Kondisi itu memicu terjadinya serapan air dalam tanah cukup tinggi, sehingga tanah dalam kondisi jenuh air," ujarnya.
Dalam penelitian lapangan itu tim kaji cepat UGM bersama BNPB dan PVMBG juga melakukan kajian terhadap potensi longsor susulan dari tebing yang ada di kanan-kiri lokasi bencana saat ini.
Longsor di Dusun Tangkil, Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo terjadi pada Sabtu (1/4) pagi sekitar pukul 08.00 WIB sehingga menimbun dan mengubur 35 rumah dan 28 warga yang sedang berladang memanen jahe dan sebagian masih di rumah masing-masing.(*)
UGM Ungkap Hasil Kajian Penyebab Longsor Ponorogo
Selasa, 4 April 2017 7:21 WIB
Basarnas melakukan upaya korban hilang tertimbun longsor menggunakan peralatan manual di titik nol lokasi bencana Desa Banaran, Ponorogo, Jawa Timur, Minggu (2/4). Antara Jatim/Destyan Sujarwoko/zk/17 ()
"Jenis batuan itu memiliki sifat lepas-lepas, sehingga sangat rawan sekali terjadi longsor," kata Bestari.
