Banyuwangi (Antara Jatim) - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, menggandeng Belanda,salah satu negara dengan teknologi pertanian terbaik di dunia, untuk mengembangkan tanaman cabai unggul di wilayah itu.
"Alhamdulillah, kami baru saja bertemu perwakilan Benelux Chamber of Commerce, teman-teman Kadin Belanda, yang didampingi Komite Tetap Hortikultura Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Indonesia. Kami bahas pengembangan cabai di wilayah utara Banyuwangi, tepatnya di Kecamatan Wongsorejo. Lahannya sudah disiapkan, ada ratusan hektare,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas saat dihubungi di Banyuwangi, Sabtu.
Anas berharap, dengan adanya pengembangan budi daya cabai yang melibatkan Belanda, nantinya dapat dibangun juga aspek hilirnya. Artinya, hasil cabai akan langsung diolah yang bisa memberi nilai tambah ke petani dan pelaku usaha.
"Saya berharap hilirisasi di sana juga. Jadi di wilayah utara itu nanti basisnya agroindustri. Kan untuk kawasan industri di sana sudah susah karena permasalahan lahan dan kami menyerap aspirasi publik. Jawabannya agar ekonomi tetap bergerak adalah industri berbasis pertanian atau agroindustri yang bernafaskan pemberdayaan petani,” ujar Anas.
Anas optimistis, sinergi dengan Belanda ini akan semakin mengukuhkan posisi Banyuwangi sebagai sentra cabai nasional. ”Jadi di wilayah Banyuwangi utara yang relatif kering kan selama ini sudah kita kembangkan cabai dengan sistem irigasi hemat air, dan itu berhasil cukup bagus. Dengan teknologi Belanda ini akan semakin baik lagi,” katanya.
Ketua Komite Tetap Holtikultura Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Karen Tambayong menyatakan, pihak Belanda bakal mengembangkan cabai unggulan. ”Mengapa kami memilih Banyuwangi? Karena kami melihat pertanian di sini sangat maju. Maka dengan menggandeng Kadin dari Belanda, kami ingin menanam bibit unggulan yang telah dikembangkan menggunakan teknologi pertanian Belanda di Banyuwangi," ujarnya.
Semua proses, kata dia, berdasarkan teknologi pertanian modern berbasis hitungan matematika, ilmu pangan, kimia pangan, mikrobiologi pangan, fisika pangan, dan pengolahan pangan.
Sementara Executive Director Indonesian Benelux Chamber of Commerce Peter A. Halm menambahkan, Belanda siap mengembangkan pertanian Banyuwangi. "Kami sudah lama mendengar kebaikan-kebaikan serta potensi yang dimiliki Banyuwangi. Ini mengapa kami bekerja sama dengan Kadin Indonesia ingin mengembang industri pertanian di sini," kata dia.
Di Banyuwangi, luas lahan yang digunakan untuk produksi cabai terus meningkat. Pada 2010, luas lahan cabai 1.003 hektare, meningkat menjadi 1.254 hektare pada 2015. Demikian pula luas lahannya yang meningkat dari 2.298 hektare menjadi 2.970 hektare.
Dari sisi produksi, pada 2010, produksi cabai baru berkisar 5.997 ton, lalu melonjak 144 persen pada 2015 menjadi 14.684 ton. Adapun produksi cabai kecil stabil di kisaran 21.000 ton. ”Produktivitas cabai Banyuwangi termasuk yang tertinggi di Indonesia,” ujar Anas. (*)