Lamongan, (Antara Jatim) - Produktivitas petani jagung di wilayah Kabupaten Lamongan, Jawa Timur di kawasan pertanian jagung modern Desa Banyubang Kecamatan Solokuro meningkat, dari hanya rata-rata 5,8 ton per hektare melonjak menjadi 10 ton per hektare.
Bupati Lamongan Fadeli di Lamongan, Selasa mengatakan peningakatan itu terlihat dalam panen raya yang dilakukan di kawasan seluas 100 hektare, dengan jenis rata-rata produktivitas jagung hibrida.
Fadeli di lokasi panen raya menjelaskan ada 11 varietas jagung hibrida yang diujicoba, dengan 5 varietas di antaranya adalah jenis unggulan, dan mampu menghasilkan produktivitas paling rendah 8 ton dan tertinggi mencapai 12,71 ton per hektare.
"Produktivitas rata-ratanya mencapai 10,6 ton per hektare. Dan panen raya di kawasan ini sebagai upaya memberikan contoh nyata bagi petani lainnya, dan sebuah persembahan dari Lamongan untuk Indonesia. Bahwa jika budidaya jagung dilakukan secara modern, hasilnya ternyata luar biasa," katanya.
Ia mengatakan, Pemkab Lamongan akan terus membuka diri, bagi petani di Indonesia untuk belajar di kawasan tersebut, menjadikannya sebuah kawasan percontohan nasional.
Tahun ini, lanjut dia, kawasan percontohan serupa akan diperluas menjadi 10 ribu hektare di 12 kecamatan Lamongan, dan ditargetkan bisa mencapai produktivitas 10 ton per hektar.
Terkait penjualan hasil panen, Fadeli meyakinkan petani tidak akan kesulitan menjual jagungnya ketika produksinya melimpah, sebab saat ini sudah dibangun pabrik pengolah pakan ternak di pantura Lamongan, dan banyak pihak yang sudah memberikan garansi bisa menampung berapa pun jagung Lamongan.
Sementara Direktur Serealia Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Nandang Sunandar mengatakan pola percontohan budi daya jagung di Lamongan ini cukup positif dan bisa menjadi percontohan di berbagai wilayah Indonesia.
"Kami melihat komitmen yang cukup baik dari Pemkab Lamongan dimana fokus pada pengembangan budi daya jagung dilakukan secara menyeluruh. Dukungan yang terus diberikan untuk mendorong petani di wilayah ini menggunakan teknologi pertanian terkini juga bisa menjadi contoh positif pengembangan jagung sebagai salah satu cara mencapai swasembada nasional," katanya.
Ia mengatakan, tahun ini Kementan direncanakan tidak akan mengeluarkan rekomendasi impor jagung karena kebutuhan tahun ini diperkirakan bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri.
Sementara itu Presiden Direktur Monsanto Indonesia yang merupakan produsen benih jagung hibrida, Ganesh Pamugar Satyagraha mengku pihaknya berusaha terus mengembangkan varietas benih unggulan untuk memenuhi kebutuhan petani di Indonesia.
"Sebab saat ini kami mempunyai berbagai varietas benih jagung hibrida dengan keunggulan masing-masing. Salah satunya benih Dekalb DK959 yang cukup sukses ditanam di Lamongan ini dengan produktivitas mencapai 12,7 ton/ha," katanya.(*)