Bojonegoro (Antara Jatim) - Komisi B DPRD Bojonegoro, Jawa Timur, mendesak Pemerintah memberikan pasokan minyak mentah produksi Blok Cepu, kepada PT Tri Wahana Universal (TWU) yang mengelola kilang minyak di Desa Sumengko, Kecamatan Kalitidu.
"Agenda utama DPRD yaitu mendesak Pemerintah bisa memasok kembali minyak mentah produksi Blok Cepu ke kilang minyak yang dikelola TWU," kata Wakil Ketua Komisi B DPRD Bojonegoro Ali Machmudi, di Bojonegoro, Selasa.
Ditemui setelah dengar pendapat dengan Presiden Direktur PT TWU Rudy Tavinos, ia menjelaskan Pemerintah seharusnya segera memberikan pasokan minyak mentah kepada kilang minyak yang dikelola TWU, yang berhenti beroperasi sejak 20 Januari 2016.
"Keberadaan kilang minyak yang dikelola TWU membawa dampak keterlibatan tenaga kerja, juga angkutan truk bahan bakar minyak (BBM), juga kegiatan ekonomi masyarakat lainnya di sekitar kilang minyak," jelas dia.
Selain itu, lanjut dia, keberadaan TWU juga memberikan pemasukan enam jenis pajak kepada Pemerintah yang besarnya bisa mencapai Rp220 miliar, pada 2015.
"Pajak sebesar Rp220 miliar itu, diantaranya sekitar Rp190 miliar dibayarkan TWU ke Jakarta," ucapnya.
Oleh karena itu, pihaknya juga akan mendesak kepada Kementerian Keuangan agar pajak itu, bisa dibayarkan ke daerah. kalau memang kilang minyak di daerahnya kembali beroperasi.
"Pajak kilang minyak milik TWU, pernah dibayar di Bojonegoro, pada 2013," kata Ketua Komisi B DPRD Lasuri, menambahkan.
Namun, kata dia, pajak kilang minyak itu, akhirnya disetorkan ke Jakarta, setelah ada surat dari Dirjen Pajak.
Anggota Komisi B DPRD lainnya Lasmiran menambahkan bahwa jajaran Komiisi B DPRD akan menemui Kementerian Keuangan, agar ada kebijakan khusus terkait pembayaran pajak kilang minyak itu.
"Melihat keberadaan kilang minyak, maka pembayaran pajak juga harus di Bojonegoro, agar bisa menambah pendapatan asli daerah (PAD)," ucapnya, menegaskan.
Presiden Direktur PT TWU Rudy Tavinos, usai dengar pendapat, menyatakan sampai saat ini, belum memperoleh pasokan minyak mentah dari Pemerintah, karena masih menunggu keputusan harga beli minyak mentah di mulut sumur.
"Kebutuhan kilang minyak kami sekitar 16.000 barel per hari," ucapnya. (*)