Magetan (ANTARA) - Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengajak umat Islam, termasuk para santri dan masyarakat untuk menjauhi sikap jahiliah modern yang berpotensi merusak akhlak dan persatuan umat dan bangsa.
"Jangan sampai kita kembali ke zaman jahiliah. Dulu, 1.500 tahun lalu, sebelum Islam datang, bangsa Arab dan Romawi hidup dalam kebodohan spiritual dan moral penuh fanatisme suku, penyembahan berhala, kekerasan, dan eksploitasi," ujar KH Said Aqil dalam acara pengajian akbar dan haul ke-5 KH Suryani Maulana Chusain di Pondok Pesantren Roudlotul Huda, Kabupaten Magetan, Jawa Timur.
Dalam pengajian yang berlangsung Jumat (20/6) malam hingga Sabtu dini hari tersebut ia menyatakan bentuk-bentuk jahiliah kini muncul kembali dalam rupa modern seperti ujaran kebencian, fanatisme buta, fitnah di media sosial, dan sikap merasa paling benar yang merusak sendi-sendi kehidupan beragama dan berbangsa.
"Sekarang ada jahiliah digital. Orang bisa mencaci, memfitnah, dan memecah belah hanya lewat jari. Ini sangat berbahaya jika tidak disikapi dengan ilmu dan akhlak," tegas mantan Ketua Umum PBNU dua periode itu.
KH Said Aqil juga mengingatkan bahwa Islam datang sebagai agama yang membebaskan manusia dari belenggu kebodohan, menegakkan keadilan, dan memuliakan akhlak.
Pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Huda KH Agus Nur Wakhid mengatakan bahwa haul dan resepsi wisuda santri merupakan bentuk rasa syukur sekaligus pengingat atas perjuangan para pendiri pondok.
"KH Suryani adalah ulama pengayom yang mengajarkan ilmu dan kasih sayang. Kami ingin semangat beliau terus diwariskan," kata dia.
Selain itu, ia juga berpesan kepada para santri yang baru diwisuda agar pendidikan yang diperoleh kiranya bisa menjadi ilmu yang barokah dan bermanfaat.
"Serta menjadi anak soleh dan soleha dan menjadi ahli ilmu, ahli perjuangan yang memperjuangkan agamanya Allah SWT," katanya.