Mendapat amanah menakhodai Yayasan Ta'allumul Huda, H Abdullah, SPd, harus banyak belajar tentang berbagai hal. Pelajaran utama memimpin yayasan yang memiliki lembaga pendidikan mulai dari PAUD hingga perguruan tinggi di Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, adalah bagaimana mengelola sumber daya manusia yang berbeda-beda.
Yayasan yang hampir berusia 100 tahun itu adalah warisan dari leluhurnya, yang kemudian diteruskan oleh anak turunnya, termasuk oleh abah dari Abdullah, yakni H Jakfar.
"Kuncinya adalah ikhlas. Semua pengurus yayasan ini menganut prinsip itu, sehingga tidak ada masalah, meskipun saya hanya lulusan S1, tetapi yang lainnya banyak yang S2 (magister), S3 (doktor), bahkan profesor," ucap alumni Teknologi Pendidikan IKIP Negeri Malang (kini Universitas Negeri Malang) ini.
Menurut ayah dari tiga anak ini, jika tidak menggunakan prinsip ikhlas, sangat sulit bagi dirinya untuk menggerakkan seluruh komponen di yayasan itu. Apalagi dari sisi usia, dirinya juga tergolong jauh lebih muda, baik dari pengurus lainnya, maupun dibandingkan dengan guru dan para dosen.
Namun, dia mengaku bahagia dan begitu bersemangat karena semua yang terlibat dalam yayasan itu bersatu padu dalam bingkai ikhlas untuk mendidik anak bangsa agar tumbuh menjadi generasi berkualitas, baik akhlak maupun kelimuannya.
Salah satu tokoh yang menurut dia mengajarinya ikhlas dan tetap bersemangat adalah Prof Dr Yahya Muhaimin, Menteri Pendidikan Nasional pada Kabinet Persatuan Nasional di masa Presiden KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur.
Prof Yahya Muhaimin yang usianya sudah hampir 73 tahun masih rela mencurahkan tenaga, waktu dan pikirannya untuk kemajuan yayasan itu. Prof Yahya Muhaimin kini menjadi Rektor Universitas Peradaban yang berada di bawah naungan Yayasan Ta'allumul Huda.
"Beliau tetap semangat walaupun dalam sepekan membagi waktunya untuk tiga kota, yakni di Yogyakarta, Jakarta dan Bumiayu. itu sangat luar biasa," tutur lelaki yang sehari-hari menjadi pebisnis ini.
Semangat itulah yang ia tularkan kepada anak didik di yayasan yang dikelolanya. Ketika suatu ketika yayasannya menghadirkan seorang profesional untuk berbagi motivasi dengan murid-murid SMA Islam (juga di bawah naungan Yayasan Ta'allumul Huda), Abdullah menekankan agar murid-murid itu memiliki cita-cita tinggi.
"Kalian ini memilih sekolah di SMA, bukan SMK, maka harus memiliki cita-cita untuk melanjutkan kuliah. Jangan pernah takut, karena sekarang banyak peluang yang bisa kalian gunakan untuk kuliah. Sekarang banyak beasiswa yang disediakan oleh pemerintah," paparnya.
Selain itu, dia juga banyak belajar ikhlas kepada pengurus yayasan yang datang dengan latar belakang berbeda-beda, yakni Nahdlatul Ulama (NU) dengan Muhammadiyah, namun bisa bekerja bahu-membahu dengan suasana kebersamaan.
"Alhamdulillah, perbedaan pandangan dan organisasi itu tidak pernah terbawa dalam aktivitas di yayasan ini," timpalnya.
Sejumlah tokoh tercatat sebagai bagian dari pendukung Yayasan Ta'allumul Huda ini, yakni mantan Ketua MPR Prof Dr HM Amien Rais MA, dan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Ir Mohammad Nuh DEA. (*)