Budi Setiawanto
Jakarta, (Antara) - Presiden Joko Widodo kembali di Tanah Air dari lawatannya di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat, 14-19 Februari 2015 dengan membawa tiga "oleh-oleh".
Dalam keterangannya kepada pers seusai mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta, Jumat, Presiden menyebutkan tiga hal tersebut adalah memastikan hasil KTT ASEAN-AS bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat ASEAN, AS, dan dunia; keberpihakan pemerintah pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam era media informasi digital; dan menekankan perdamaian pada perdamaian kawasan dan internasional.
Lawatan Jokowi ke AS kali ini terasa istimewa. Selang empat bulan sejak Oktober 2015, Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo kembali berkunjung ke AS.
Kunjungan pertama Jokowi ke AS pada 24-29 Oktober 2015 bertemu Presiden AS Barack Obama di Gedung Putih, Washington DC, untuk lebih mempererat hubungan kerja sama bilateral kedua negara dan kunjungan kedua ke AS pada 14-19 Februari 2016 memiliki agenda utama menghadiri KTT ASEAN-AS di Sunnylands, Rancho Mirage, California, pada 15-16 Februari 2016 waktu setempat.
Selain itu, Jokowi juga merealisasikan jadwal pertemuannya dengan para pemilik perusahaan media digital Facebook, Google, Plug and Play, dan Twitter di San Fransisco, yang sempat dibatalkan pada lawatan perdananya karena dipercepat akibat masalah kebakaran hutan di dalam negeri.
Lawatan kedua Jokowi ke AS terasa khusus, bahkan istimewa karena pada KTT ASEAN-AS itu Jokowi dipercaya memimpin salah satu sesi sidang pembahasan terorisme.
KTT ASEAN-AS yang dihadiri 10 kepala negara/pemerintahan negara-negara anggota ASEAN dan Presiden AS serta Sekjen ASEAN Le Luong Minh itu menghasilkan Deklarasi Sunnylands yang berisi 17 prinsip dari pernyataan mereka bersama.
Beberapa prinsip dari 17 butir prinsip itu adalah penghormatan bersama atas kedaulatan, keutuhan teritorial, kesetaraan dan kemerdekaan politik semua bangsa yang memegang teguh seluruh prinsip dan tujuan Piagam PBB, Piagam ASEAN dan hukum internasional; pengakuan bersama atas pentingnya menjalankan kebijakan yang mengarah pada ekonomi yang kompetitif, terbuka, dan dinamis sehingga bisa menjaga pertumbuhan ekonomi, peluang kerja, inovasi, kewirausahaan dan konektivitas, dan mendukung usaha kecil dan menengah (UKM) dan mempersempit kesenjangan pembangunan.
Selain itu, keinginan kuat menyelesaikan masalah global seperti terorisme dan ekstremisme, perdagangan orang, perdagangan narkoba, dan penangkapan ikan ilegal, termasuk perdagangan hewan dan kayu yang dilindungi.
Pemimpin ASEAN dan AS juga menghasilkan komitmen bersama memperkuat konektivitas antarwarga (people to people connectivity) melalui program yang melibatkan warganegara ASEAN dan AS, khususnya generasi muda, dan mempromosikan kesempatan bagi seluruh rakyat, terutama yang paling terkait, untuk bisa memenuhi visi Masyarakat ASEAN.
Saat memimpin pembahasan soal terorisme, Presiden Joko Widodo membagi pengalaman Indonesia dalam menangani dan memberantas aksi terorisme dan ekstremisme.
Presiden juga menyampaikan gagasannya untuk memanfaatkan media sosial dalam menghadapi ekstremis dan teroris karena penyebaran paham ekstremis dan ajakan bergabung dengan FTF banyak dilakukan melalui media sosial. FTF (Foreign Terrorist Fighters) adalah warga negara yang ikut berperang bersama teroris di mancanegara.
"Saya mengajak agar Yang Mulia berkenan bergabung dengan saya untuk memperbanyak narasi melalui media sosial mengenai moderasi, toleransi, dan perdamaian," ujar Jokowi sebagaimana dilaporkan wartawan LKBN Antara Hanni Sofia Soepardi yang ikut dalam rombongan resmi Presiden ke AS tersebut.
Jokowi mengingatkan pentingnya kerja sama dalam tiga hal yakni mempromosikan toleransi, memberantas terorisme dan ekstremisme, serta mengatasi akar masalah dan menciptakan suasana kondusif terhadap terorisme.
"Kombinasi penggunaan 'hard power' dan 'soft power' dibutuhkan dalam mengatasi ekstremisme," ucapnya. Terkait pendekatan hard power, Indonesia sedang mengkaji ulang Undang-Undang Terorisme untuk penguatan legislasi dengan mempertimbangkan penghormatan pada HAM.
Pendekatan soft power juga diperkuat, dengan pendekatan agama dan kebudayaan, melibatkan masyarakat dan ormas. Deradikalisasi dan kontraradikalisasi juga dilakukan melalui program rehabilitasi narapidana teroris serta program penerimaan kembali (reintegrasi) di masyarakat.
Pidato kunci
Presiden Jokowi juga menyampaikan pidato kunci pada pertemuan dengan Dewan Bisnis ASEAN-AS (US-ABC) di San Fransisco, California, untuk menyampaikan kondisi ekonomi Indonesia.
"Saat pasar modal di Tiongkok menurun drastis, saat pasar modal di AS mengalami penurunan, dan saat harga minyak mentah anjlok di pasaran, rupiah relatif stabil, dan pasar modal Indonesia hanya sedikit mengalami penurunan," tuturnya. Bahkan PDB kuartal IV 2015 mencapai 5,03 persen, melampaui perkiraan lembaga keuangan internasional.
Jokowi optimistis Indonesia telah mencapai tataran stabilitas ekonomi namun masih banyak langkah pembenahan yang harus dilakukan seperti perizinan, peraturan yang tumpang tindih, termasuk deregulasi daftar negatif investasi.
"Kami terus melakukan reformasi, yang kami lakukan di Indonesia adalah 'supply-side reforms'," ujar Presiden. Konsep itu diperkenalkan oleh Ronald Reagan saat menjabat Gubernur California dan Margareth Thatcher saat menjabat PM Inggris.
"Zamannya sudah berbeda jika dibandingkan dengan era Reagan dan Thatcher," kata Presiden. Pada era mereka, ancamannya deflasi dan kesalahan yang terjadi ialah pemungutan pajak yang berlebihan. Pada masa kini kesalahannya ialah kurangnya pemungutan pajak, khususnya pada "emerging markets".
Saat berkunjung ke kantor pusat Facebook di Menlo Park, Silicon Valley, San Fransisco, Jokowi menorehkan pesan "Bersama Damai dalam Harmoni" dan membubuhkan tanda tangan serta namanya. Pesan yang ditoreh dengan kapur merah itu dituliskan pada papan hitam yang diberi judul "The Facebook Wall Write Something".
Dinding itu menjadi tempat bagi pegawai Facebook menuliskan pesan termasuk ucapan selamat. Jokowi saat menuliskan pesan itu didampingi oleh pendiri Facebook Mark Zuckerberg dan para eksekutif perusahaan itu. Mark Zuckerberg pernah didampingi Jokowi saat berkunjung ke Jakarta dan ke Pasar Tanah Abang pada 13 Oktober 2014.
Presiden mengajak Facebook mendukung pengembangan ekonomi digital di Indonesia untuk mencapai visi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara yang mencapai 130 miliar dolar AS pada 2020.
Di Googleplex, Mountain View, Silicon Valley, Jokowi makan siang bersama karyawan Google dan CEO Google Sundar Pichai. Jokowi juga berdialog dengan Indogooglers atau karyawan Google asal Indonesia.
Presiden mengapresiasi dan berterima kasih pada Google yang ikut mengatasi "illegal, unreported, and unregulated (IUU) fishing" (penangkapan ikan ilegal, tidak dilaporkan, dan tidak mematuhi aturan) di laut Indonesia. Indonesia telah bertahun-tahun megalami kerugian akibat IUU fishing.
"Kerugian bisa mencapai Rp101 triliun per tahun," ungkap Presiden. Penegakan hukum harus dilakukan guna memerangi IUU fishing.
Indonesia mendorong Google menyelenggarakan pelatihan TI untuk mendukung pemberdayaan ekonomi digital pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Jokowi juga mengunjungi perusahaan ventura yang memfasilitasi "start up" dan usaha pemula di bidang TI, Plug and Play. Didampingi CEO Plug and Play Saeed Amidi, Jokowi juga menuliskan pesan "Start up prosper together", lalu membubuhkan tanda tangan dan nama Jokowi Indonesia yang ditempatkan pada dinding yang telah ditempeli foto Presiden Jokowi.
Bahkan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya berkumandang saat Jokowi berkunjung ke kantor Twitter Headquarter di San Fransisco. Kepala Negara disambut CEO Twitter Jack Dorsey. Presiden juga menyempatkan mengirimkan twit dari markas Twitter, "Saya mengajak @Twitter ikut sebarkan pesan toleransi dan perdamaian dunia "Jkw".
Jokowi juga melihat peran penting Twitter dalam demokrasi digital. "Saya sambut baik peran Twitter sebagai salah satu platform media penting dunia yang menyebarkan berbagai nilai positif bagi masyarakat seperti nilai demokrasi dan 'good governance'".
Setelah mengunjungi berbagai perusahaan raksasa media digital AS sepanjang Rabu (17/2) pagi hingga malam waktu setempat atau Kamis (18/2) waktu Jakarta itu, Presiden bertolak kembali ke Tanah Air dan tiba di Bandara Halim Perdanakusuma pada Jumat (19/2) pagi.(*)
Tiga "Oleh-Oleh" Jokowi dari Negeri Paman Sam
Jumat, 19 Februari 2016 13:47 WIB
Jakarta, (Antara) - Presiden Joko Widodo kembali di Tanah Air dari lawatannya di Negeri Paman Sam, Amerika Serikat, 14-19 Februari 2015 dengan membawa tiga "oleh-oleh".
Dalam keterangannya kepada pers seusai mendarat di Bandara Halim Perdanakusuma di Jakarta, Jumat, Presiden menyebutkan tiga hal tersebut adalah memastikan hasil KTT ASEAN-AS bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat ASEAN, AS, dan dunia; keberpihakan pemerintah pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam era media informasi digital; dan menekankan perdamaian pada perdamaian kawasan dan internasional.