Ibu korban, Sri Handayani di Ngawi, Rabu, mengatakan kabar kematian anak keduanya tersebut diketahui dari rekan kerja korban yang menelepon pihak keluarga di kampung halaman. Telepon dilakukan pada tanggal 14 Desember lalu yang mengabarkan bahwa Rahmadi tewas karena masuk angin.
"Setelah itu, ada telepon lagi dari Arab pada Selasa tanggal 15 Desember kemarin, yang mengabarkan bahwa anak saya meninggal saat jam kerja setelah ia muntah-muntah. Keluarga jadi bingung, dia itu meninggalnya karena apa," ujar Ibu korban, Sri Handayani, kepada wartawan.
Menurut dia, kabar kematian Rahmadi membuat kaget dirinya dan keuarga yang lain. Sebab, pada hari Jumat tanggal 11 Desember lalu, korban masih menelepon ibunya dan menyatakan dalam keadaan sehat.
"Hari Jumat lalu ia telepon saya. Ia juga menanyakan kabar di Ngawi dan saya jawab sehat. Ia juga bilang akan mengirim uang, namun hingga ada kabar kematiannya, uang yang dimaksud belum terkirim," ungkap Sri.
Kabar kematian korban tersebut membawa duka tersendiri bagi keluarga besar Rahmadi. Apalagi beberapa hari sebelum kabar duka diterima, korban masih menelepon ibunya di Ngawi.
"Sampai kini jenazah almarhum belum dikirim ke rumah duka. Keluarga juga tidak tahu kapan akan dikirim, apalagi informasinya pihak PJTKI, PT Amil Fajar Internasional, membebankan kepulangan jenazah ke keluarga," ucap kerabat korban, Ari.
Pihak keluarga ingin agar jenazah korban dapat segera dipulangkan ke Ngawi. Keluarga juga meminta pemerintah daerah setempat mendesak Pemerintah Pusat, agar dibantu dalam proses pengiriman jenazah.
Berdasarkan informasi, korban Rahmadi Nurcahyanto bekerja di Arab Saudi sejak bulan Juli 2015. Ia bekerja di negara tersebut dengan menggunakan paspor umroh.
Keluarga berharap segera ada kepastian kabar tentang pemulangan jenazah Rahmadi. Sebab, jika semua biaya pemulangan jenazah ditanggungkan ke keluarga, terlalu berat.(*)