Jombang (ANTARA) - Universitas Kristen Petra (UK Petra) mendampingi para penenun di Jombang, Jawa Timur, membuat inovasi produk, antara lidi bambu dan tenun jombang menjadi produk interior berupa tirai tenun.
Ketua tim peneliti UK Petra (Petra Christian University) Sherly de Yong mengatakan pihaknya melakukan pendampingan perajin kain tenun tradisional dari Desa Penggaron, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, dengan pendekatan kolaboratif Co-Design.
“Pendekatan kolaboratif Co-Design maksudnya proyek ini melibatkan mitra yang ahli di bidangnya masing-masing, mulai dari penenun, perajin, seniman hingga akademisi. Hal ini dilakukan agar tercipta satu produk yang di luar kebiasaan atau baru," katanya dalam keterangan yang diterima, Selasa.
Ia mencontohkan, jika dulu produknya hanya fashion saja maka kali ini berupa tirai tenun (produk interior) dengan motif seni kontemporer yang segar dan unik sehingga memberikan kemungkinan produk yang variatif.
Menurut dia, kain tenun tradisional dari Desa Penggaron, Jombang, tersebut selama ini identik dengan produk fesyen seperti sarung atau kain. Dengan pendampingan, para perajin diajarkan membuat inovasi berupa tenun Jombang dipadu dengan lidi bambu yang menjadi produk interior bernilai jual tinggi, seperti window blind dan karya seni tenun kontemporer lainnya.
Dalam pendampinganya, dilakukan pemetaan masalah, mendata kebutuhan bahan baku, pelatihan Co-design (desain motif), digital marketing, manajemen pameran, produksi prototipe termasuk pembuatan blind tenun bambu dan tenun kontemporer.
Selain itu, juga dilakukan peresmian revitalisasi Pokmas Sentra Tenun Wasta Sejahtera Jombang sekaligus serah terima alat modifikasi, meliputi alat tenun, alat serut bambu, dan sisir tenun.
Dalam realisasinya, hasil inovasi berupa produk window blind (tirai jendela) berhasil dibuat dan dijual dengan harga Rp150.000 untuk ukuran 45 x 90 centimeter persegi (cm2).
Program pendampingan ini, kata Sherly, dilakukan dengan melakukan revitalisasi Kelompok Masyarakat (Pokmas) Sentra Tenun Wasta Sejahtera Jombang.
Program tersebut masuk sebagai bagian dari hibah Program Inovasi Seni Nusantara (PISN) dari Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi RI tahun 2025.
Kelompok masyarakat ini dipilih karena potensi usaha yang cukup tinggi. Berdiri sejak 2019, kelompok penenun ini terbentuk akibat masa pandemi dan mayoritas anggotanya adalah orang tua tunggal (single parent).
Selama ini produk yang dihasilkan terbatas hanya pada tekstil fashion dan sistem pemasaran yang diterapkan masih konvensional, sehingga dilakukan pendampingan.
Kegiatan pendampingan tersebut telah dilakukan sejak September 2025 dan kini usaha mereka sudah mulai berkembang.
Pihaknya mengakui dalam usahanya, perajin juga membutuhkan waktu untuk membuat produknya mulai dengan membuat bahan mentah berupa lidi bambu, yang disiapkan setiap 50 meter.
Selain itu, juga ada kendala proses menggambar motif, yang membutuhkan ketelitian tinggi. Sehingga, rata-rata hanya mampu menghasilkan 4-5 window blind per orang saja dalam sehari.
Dalam sehari, setiap perajin bisa merangkai tujuh hingga 10 buah window blind. Kendati membutuhkan waktu, mereka juga tetap bersemangat.
“Produk ini siap membuka peluang baru, menawarkan solusi dekorasi yang unik dan berkesan alami serta etnik untuk menghiasi rumah-rumah di Indonesia,” kata dia.
Sementara itu, anggota tim lainnya Lintu Tulistyantoro mengatakan para perajin juga selalu siap dalam membuat pesanan.
“Tetapi jangan kuatir, produk ini costum. Calon pembeli bisa memesan produk sesuai dengan selera masing-masing Tetapi pengerjaannya tidak bisa dilakukan dengan cepat,” kata Lintu.
