Disnakertransos Bojonegoro Akan Sosialisasikan UMK 2013
Senin, 10 Desember 2012 13:13 WIB
Bojonegoro - Jajaran Disnakertransos Bojonegoro, Jawa Timur, berencana menyosialisasikan upah minimum kabupaten (UMK) 2013 sebesar Rp980 ribu/bulan, kepada para pengusaha dan pekerja di daerah setempat, Selasa (11/12).
"Sosialisasi dilakukan dengan mengundang 50 pengusaha, masing-masing membawa satu tenaga kerjanya, yang akan mendapatkan penjelasan besarnya UMK 2013," kata Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Penempatan Ketenagakerjaan Disnakertransos Bojonegoro Ruslantoyo, Senin.
Ia menjelaskan pengusaha yang diundang tersebut, mewakili 400 perusahaan dengan jumlah 27 ribu buruh yang ada di daerahnya, mulai perusahaan minyak, pertokoan, hingga penggilingan padi.
"Tidak semua pengusaha diundang, tapi dengan adanya sosialisasi pengusaha bisa menyosialisasikan besarnya UMK 2013 kepada pengusaha lainnya," katanya, berharap.
Selain itu, jelasnya, pihaknya juga akan mengirimkan surat kepada pengusaha lainnya mengenai pemberlakuan UMK 2013, sesuai Peraturan Gubernur (Pergub) Jatim Soekarwo, dengan No.72 tahun 2012 tentang UMK.
Mengenai pemberlakuan UMK 2013, lanjutnya, secara efektif akan mulai diberlakukan per Februari. Dengan begitu, UMK 2013 diterima buruh per Februari, setelah buruh bekerja pada Januari.
"Upah buruh yang diterima Januari besarnya masih tetap Rp940 ribu/bulan, sebab merupakan pekerjaan Desember 2012," ujarnya.
Ia mengakui tidak semua perusahaan di daerahnya mampu membayar upah buruhnya sesuai UMK 2013, terutama pertokoan dan gudang pertembakauan yang mempekerjakan buruhnya secara musiman.
"Tapi kami tetap terus mendorong perusahaan bisa membayar sesuai UMK 2013," katanya, menegaskan.
Meskipun UMK 2013 sebesar Rp980 ribu/bulan itu dibawah UMK Surabaya, ia menilai justru bagi buruh di daerahnya lebih menguntungkan.
Sebab, katanya, buruh di daerahnya tidak harus mengeluarkan biaya kos, karena sebagian besar ikut orang tuanya, dan mengeluarkan biaya transportasi.
Bahkan, sejumlah perusahaan ada yang mengratiskan angkutan kepada buruhnya, baik ketika berangkat maupun ketika pulang.
"Pengeluaran biaya hidup di Bojonegoro, lebih murah dibandingkan di Surabaya," ujarnya, menegaskan.(*)