Malang Raya (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang menyebut kenaikan harga emas menjadi salah satu komoditas pemicu inflasi di wilayah setempat pada periode Oktober 2025 (month to month/mtm) yang tercatat sebesar 0,31 persen.
Kepala BPS Kota Malang Umar Sjaifudin di Kota Malang, Jawa Timur, Senin, menyebut harga emas mengalami kenaikan sebesar 12,42 persen dengan andil terhadap inflasi mencapai 0,24 persen.
"Kota Malang mengalami inflasi month to month sebesar 0,31 persen, komoditas yang sangat berpengaruh adalah emas andilnya 0,24 persen dan inflasinya 12,42 persen. Jadi, harga pada Oktober ini adalah yang tertinggi sepanjang sejarah emas," kata Umar.
Kenaikan harga pada komoditas lainnya juga turut mendorong terjadinya inflasi, seperti harga cabai merah yang naik 27,09 persen dengan andil 0,04 persen, telur ayam ras naik 6,78 persen dengan andil 0,07 persen, dan harga daging ayam ras naik sebesar 0,36 persen dengan andil 0,01 persen.
Kemudian, kenaikan harga sigaret kretek tangan (SKT) sebesar 0,61 persen, harga alpukat 4,21 persen, harga jagung manis 2,8 persen, harga kangkung 4,5 persen, harga vitamin 0,76 persen, dan harga bawang putih 0,92 persen juga memberikan andil terhadap inflasi.
Inflasi yang sebesar 0,31 persen di Kota Malang pada Oktober 2025 lebih tinggi dibanding inflasi Provinsi Jawa Timur yang tercatat sebesar 0,30 persen dan nasional sebesar 0,28 persen.
Dengan terjadinya inflasi pada Oktober 2025 maka inflasi tahun kalender Oktober 2025 terhadap Desember 2024 (year to date/ytd) 2,08 persen dan inflasi tahunan (year on year/yoy) Oktober 2025 terhadap Oktober 2024 sebesar 2,79 persen.
Inflasi month to month sebesar 0,31 persen menjadikan Kota Malang sebagai salah satu daerah dengan persentase inflasi tertinggi di Jawa Timur di bawah Kabupaten Sumenep dengan angka 0,62 persen dan Kabupaten Probolinggo dengan angka 0,43 persen.
