Malang Raya (ANTARA) - Universitas Tribhuwana Tunggadewi (UNITRI) Malang menyelenggarakan "17th Asian Conference of Landscape Architecture (ACLA) and 3rd Asian Academy of Culture (AAC) International Symposium 2025" di Graha Pancasila, Komplek Balai Kota Among Tani, Kota Batu, Jawa Timur, Kamis.
Wakil Rektor III UNITRI Dr Erwin Ismu Wisnubroto, SP., M.Phill(Sc), di Kota Batu, mengatakan simposium internasional ini diikuti oleh ratusan peserta dari dalam maupun luar negeri, dengan latar belakang sebagai pakar, praktisi, akademisi, seniman, hingga pelajar.
"Total peserta 170 orang, selain luar negeri juga ada dari universitas rekan kami dari Jawa Timur dan beberapa daerah di Indonesia, seperti Bandung, Bogor, dan Bali," kata Erwin.
Penyelenggaraan agenda berskala global ini merupakan keberlanjutan kerja sama yang terbentuk sejak 2024 antara UNITRI dengan lembaga internasional, yakni International Culture Foundation, Asian Cultural Landscape Association, dan Asian Academy of Culture.
Untuk peserta internasional totalnya 25 orang yang berasal dari, China, Vietnam, Filipina, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Guatemala.
Erwin menjelaskan "17th ACLA and 3rd AAC International Symposium 2025" menjadi ajang membangun jaringan global dalam misi mengenalkan kebudayaan masing-masing negara asal peserta dan bidang arsitektur lanskap.
"Terkait budaya dalam arti luas, itu bukan hanya kesenian tetapi tentang cara hidup, filosofi, dan identitas," ucapnya.
Untuk arsitektur lanskap, kata dia, masih belum banyak orang yang mengetahui sehingga perlu untuk lebih dikenalkan, termasuk prospek di dunia kerja.
Arsitektur lanskap, dikatakannya penting untuk dikenalkan lantaran untuk merencanakan pembangunan berkelanjutan di wilayah perkotaan dan pedesaan.
"Tentunya memerlukan perencanaan matang supaya tercapai keberlanjutan ekonomi, sosial, dan lingkungan," ujar dia.
Terkait alasan memilih Kota Batu sebagai lokasi penyelenggaraan "17th ACLA and 3rd AAC International Symposium 2025", dikarenakan telah menjadi suatu daerah yang konsisten dalam melestarikan budaya tradisional.
Kota Batu, lanjutnya juga telah dikenal luas sebagai salah daerah dengan potensi pariwisata di Indonesia.
Oleh karena, perpaduan antara budaya dan pariwisata dinilai oleh UNITRI menjadi sebuah keunggulan yang harus dipromosikan ke masyarakat dunia.
"Kami membantu mempromosikan Kota Batu sebagai destinasi internasional di Indonesia," katanya.
Dia berharap pelaksanaan simposium internasional juga memberikan dampak pada pengenalan nama UNITRI.
"Kami menganggap ini sebagai kick off membawa UNITRI tidak hanya berkiprah di Jawa Timur tetapi juga internasional," tuturnya.
