Mengunjungi "Kota 1001 Warkop"
Jumat, 5 Oktober 2012 9:16 WIB
Gresik - Kabupaten Gresik, selama ini dikenal sebagai salah satu tempat tujuan wisata religi di Indonesia karena banyaknya lokasi makam penyebar agama Islam, ditambah dengan banyaknya berdiri pondok pesantren, sehingga wilayah itu juga dikenal sebagai Kota Santri.
Namun di sisi lain, wilayah yang secara geografis banyak dikelilingi gunung kapur itu, juga dikenal dengan julukan "Kota 1001 Warung Kopi (warkop)".
Ungkapan itu tidaklah berlebihan jika melihat kebiasaan ngopi atau ngobrol sambil minum kopi di wilayah itu yang sudah menjadi budaya turun-menurun.
Sehingga berimbas dengan banyaknya keberadaan warkop yang bisa dijumpai di setiap sudut kota. Bahkan dalam satu sudut jalan bisa dijumpai 10 hingga 15 warkop yang berdiri.
Gresik juga dikenal memiliki rasa kopi yang khas dan berbeda dengan daerah lain, meski secara kultur tanah wilayah itu bukanlah daerah penghasil kopi unggulan di Indonesia, namun budaya ngopi menjadikan wilayah itu lebih dikenal daripada beberapa daerah penghasil kopi.
Salah satu warga Wringin Anom, Duki Setiawan menuturkan, kebiasaan ngopi masyarakat Gresik tidak muncul secara tiba-tiba, namun melalui proses dan bersamaan dengan budaya masyarakat pesisir.
Ia mengatakan, pada zaman dulu ngopi dijadikan sebagai aspirasi berkumpulnya para nelayan ditengah waktu istirahat melaut, dan budaya itu berangsur bergeser ke wilayah tengah perkotaan atau alun-alun, sehingga kini ngopi sudah menjadi budaya seluruh masyarakat Gresik.
Duki mengakui, cerita tentang budaya ngopi masyarakat Gresik tidak tertulis secara jelas dalam sejarah, hanya muncul dari mulut ke mulut setiap masyarakat
Pendapat berbeda dikatakan Budayawan Gresik, Mardiluhung yang menyebut jika tradisi ngopi berawal dari pusat kota, atau Alun-alun Gresik.
Diceritakannya, budaya ngopi berawal dari jamaah Shalat Subuh Masjid Agung Jami'. Saat itu usai menunaikan shalat subuh, para jamaah tidak langsung pulang melainkan cangkruk dan ngopi membicarakan semua hal, imbasnya banyak berdiri warkop di sekitar alun-alun Gresik.
"Tradisi ini terjaga hingga sekarang, dan warkop itu muncul pula di berbagai lokasi seperti di Pasar Gresik, atau di setiap sudut jalan," tuturnya.
Ruang Aspirasi
Keberadaan warkop di Gresik tidaklah hanya sekedar warung biasa, namun menjadi ruang inspirasi membicarakan segala hal mengenai politik, budaya, ekonomi, olahraga serta semuanya.
Bahkan, pernah suatu ketika rapat anggota dewan berpindah ke warkop setelah mengalami kebuntuan, dan pernah dilakukan Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto dengan keluar dari kantor dewan menuju warkop yang ada di sekitar Gedung DPRD Gresik, Jalan KH Wachid Hasyim.
Menurut Seniman Gresik Nizam Zuhri Khafid, keberadaan warkop di sejumlah jalan protokol merupakan sarana tukar informasi, berdiskusi, hingga mencapai kesepakatan.
Bukan hanya itu, keberadaan warkop juga kadang dijadikan sebagai prostitusi terselubung dengan mengandalkan pramusaji perempuan berpakaian seronok atau yang dikenal dengan istilah "warung pangku".
"Dulu warkop dimanfaatkan kiai kampung dan penceramah agama untuk berinteraksi dengan masyarakat, bahkan masyarakat sering mendapatkan bahan ceramah ketika nongkrong di warkop itu, sebab di warkop masyarakat bisa langsung berkomunikasi dengan panutannya," paparnya.(*)