BPBD : Atasi Kekeringan Bojonegoro Perbanyak "Geomembrane"
Rabu, 26 September 2012 8:29 WIB
Bojonegoro - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Jawa Timur, Kasiyanto, menyatakan, untuk mengatasi kekeringan di Bojonegoro bisa dilakukan dengan memperbanyak penampung air "geomembrane".
"Penampung air "geomembarene" terbukti bisa mengatasi kekeringan, selain memperbanyak membangun sumur resapan di daerah kekeringan," katanya, Rabu.
Ia menjelaskan, penampung air "geomembrane" yang sudah ada di Desa Sumberwungu, Kecamatan Kedungadem, dengan kapasitas 60 ribu meter kubik, mampu mengurangi terjadinya kekeringan yang dialami warga 425 jiwa di desa setempat.
Begitu pula "geomembrane" di sejumlah lokasi lainnya yang sudah terbangun, juga cukup efektif, mengatasi kekeringan di wilayah setempat.
"Sesuai hasil evaluasi kekeringan yang terjadi tahun ini, kami usulkan untuk menambah penampung air "geomembrane", selain memperbanyak membangun sumur resapan di wilayah kekeringan," katanya menegaskan.
Mengenai penanganan kekeringan, menurut dia, pemkab sudah melakukan berbagai langkah, selain membangun penampung air "geomembrane", juga membangun sumur resapan, di antaranya delapan unit di Desa Malingmati, Kecamatan Tambakrejo.
Selain itu, lanjutnya, Badan Lingkungan Hidup (BLH) juga membuat 790 unit biopori yang tersebar di 66 desa di 16 kecamatan yang masuk daerah rawan kekeringan.
Fungsi biopori yang dalamnya satu meter dan diameter 15 centimeter, hampir sama dengan sumur resapan yakni untuk memasukkan air hujan ke dalam tanah.
Meski demikian, ia mengakui, kekeringan yang melanda tahun ini, tergolong parah, sebab jumlah warga yang mengalami kesulitan air bersih lebih banyak, dibandingkan kekeringan yang terjadi pada kemarau yang lalu.
Pada kemarau 2009, kesulitan air bersih dialami 21.400 kepala keluarga (KK) atau 68.721 jiwa yang tersebar di 67 desa di 16 kecamatan.
Sedangkan pada kemarau 2011, kesulitan air bersih dialami sedikitnya 16.785 kepala keluarga (KK) atau 63.379 jiwa di 49 desa yang tersebar di 17 kecamatan.
Sementara ini, jelasnya, pada kemarau tahun ini, kesulitan air bersih yang dialami warga semakin meluas, dengan jumlah 19.153 kepala keluarga (KK) atau 76.841 jiwa yang tersebar di 56 desa di 17 kecamatan, per 25 September.
"Pendistribusian air bersih tetap berjalan, dengan jumlah setiap harinya berkisar 10-15 tangki (5.000 liter/tangki) di daerah yang kesulitan air bersih," kata Sekretaris BPBD Budi MZ, menambahkan. (*)