Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang, Jawa Timur menyatakan proses merger pada sekolah dasar (SD) negeri yang sepi dari calon pendaftar tak bisa dilakukan sembarangan, lantaran harus mempertimbangkan evaluasi berkala.
"Kami tidak bisa gegabah begitu saja melakukan merger SD yang tidak ada siswanya, karena harus melihat kondisi di tahun berikutnya," kata Kepala Disdikbud Kota Malang Suwarjana di Kota Malang, Jumat.
Hasil evaluasi untuk memutuskan apakah suatu SD akan dimerger dengan sekolah lainnya, kata dia, minimal memiliki potret perkembangan jumlah pendaftar dalam kurun waktu tiga tahun berturut-turut.
Jika memang dalam kurun waktu tiga tahun berturut-turut sebuah sekolah tercatat memiliki jumlah murid pendaftar yang sedikit, maka Disdikbud tak menutup kemungkinan melakukan regroup atau merger.
"Ada di Kecamatan Lowokwaru dan Sukun, tapi nanti kami lihat lagi (jumlah) SDnya," ujarnya.
Sembari menunggu hasil evaluasi tiga tahunan, Suwarjana menyatakan bahwa setiap masa penerimaan peserta didik baru pihaknya selalu menyediakan jalur pendaftaran luring atau offline.
Langkah diambil ini sebagai upaya untuk mengantisipasi adanya kejadian SD yang kekurangan atau bahkan tak memiliki murid baru.
"Kalau masih ada yang belum terpenuhi (jumlah murid) maka kami buka (pendaftaran) offline, karena kalau dibuka kembali dengan sistem online nanti justru membingungkan masyarakat," ujarnya.
Selain itu, kata dia, sebuah sekolah bisa kekurangan murid baru karena beberapa faktor, seperti jumlah kepadatan penduduk dan jarak sekolah dengan rumah yang jauh.
"Berhubung ini SD ya, kecenderungannya orang tua enggan terlalu jauh apalagi usia pelajarnya juga masih kecil sehingga butuh pengawasan ekstra," ucap dia.
Sementara itu, Kepala Bidang Pembinaan Pendidikan Dasar Disdikbud Kota Malang, Muflikh Adhim menyebut hingga pertengahan Juni 2025 terdapat 93 SD negeri yang belum memenuhi pagu murid baru.
"Ada 93 sekolah jenjang SD yang belum penuh pagunya," kata dia.
Adhim menyatakan persoalan ini memang kerap kali muncul setiap menjelang tahun ajaran baru. Calon wali murid memiliki kecenderungan mendaftarkan anak-anaknya di sekolah yang dekat dengan rumah maupun berpredikat favorit.
"Seperti di daerah Bareng itu ada lima SD negeri dan SD Negeri Bareng 3 paling diminati," tuturnya.
