Kediri (ANTARA) - Pemerintah Kota Kediri, Jawa Timur, memperkuat sekolah di kota itu untuk tanggap terhadap bencana, sehingga mereka punya bekal yang sigap jika terjadi bencana.
Sekretaris Daerah Kota Kediri Bagus Alit mengemukakan bencana alam merupakan sesuatu yang tak terelakkan dan bisa terjadi kapan saja, untuk itu pembentukan satuan pendidikan aman bencana (SPAB) merupakan langkah penting untuk memitigasi resiko bencana alam.
“Kami membentuk SPAB karena ingin memberikan keterampilan kepada masyarakat khususnya di lingkungan sekolah, sehingga pada saat ada bencana, siapa dan harus melakukan apa sudah tahu," katanya di Kediri, Rabu.
Ia menyebut, Kota Kediri punya tiga SPAB. Saat ini, pemkot kembali menambah satu sekolah lagi yakni SMPN 6 Kediri yang menjadi SPAB ke-4 di kota ini.
"SPAB di Kota Kediri yang sudah dibentuk ada tiga, yakni di SDN Betet 1, SMAN 5 Taruna Brawijaya, SMAN 2 Kediri, selanjutnya SMPN 6 Kediri tahun ini,” katanya.
Ia menambahkan pembentukan itu menindaklanjuti dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor 33 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Program Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).
Pemerintah Kota Kediri melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kediri telah menggelar kegiatan penguatan kapasitas kawasan untuk pencegahan dan kesiapsiagaan.
Pemkot juga melakukan pertemuan dan simulasi penanganan bencana. Kegiatan tersebut digelar di SMPN 6 Kediri dan diikuti sebanyak 35 peserta dari kalangan guru dan karyawan sekolah, siswa/siswi, komite sekolah, wali murid, pihak Kelurahan Gayam di Kecamatan Mojoroto, dan warga sekitar.
"Maka dari itu dengan adanya simulasi, kami sudah mempersiapkan diri dengan baik sehingga bisa meminimalkan korban,” kata Bagus.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Kota Kediri Joko Arianto mengatakan sesuai dengan Dokumen Kajian Resiko Bencana Tahun 2023, Kelurahan Gayam merupakan kawasan rawan bencana di antaranya banjir, gempa, tanah longsor, kekeringan, dan cuaca ekstrem.
Ia mengatakan, SPAB ini merupakan poin pemenuhan untuk standar pelayanan minimal (SPM).
Dirinya mengatakan kegiatan tersebut akan berlangsung selama empat hari, yang terdiri dari safety briefing, diskusi panel, pengenalan risiko bencana, penilaian mandiri awal, kajian risiko bencana partisipatif, penyusunan SOP kedaruratan, dan simulasi kedaruratan bencana.
Dalam pelaksanaannya akan didampingi Pujiono Center Yogyakarta sebagai narasumber, dengan harapan penyampaian materi berjalan secara maksimal.
Kepala SMPN 6 Kediri Boedi Pramono bersyukur dan mengucapkan terima kasih kepada Pemkot Kediri beserta jajarannya yang telah menunjuk SMPN 6 Kediri sebagai SPAB.
“Sekolah kami merupakan sekolah paling tapal batas, paling utara dan barat. Dengan kondisi yang seperti ini membawa berkah akhirnya ditunjuk sebagai sekolah SPAB," kata dia.
Boedi mengatakan, secara geografis SMPN 6 Kediri berada pada kawasan rawan gempa, sehingga sangat memerlukan pelatihan tentang kesiapsiagaan bencana.
“Mudah-mudahan dalam kegiatan ini kami mendapatkan ilmunya, sehingga nantinya, apabila terjadi bencana bisa membantu BPBD untuk mitigasi risiko saat terjadi bencana," kata dia.*