Surabaya (ANTARA) - Tingkat okupansi hotel di Surabaya selama masa libur Lebaran 2025 hanya mencapai 60 persen, turun sekitar 30 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai 90 persen.
Ketua Harian Koordinator Wilayah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Surabaya, Puguh Sugeng Sutrisno, mengatakan penurunan ini dipengaruhi oleh melemahnya daya beli masyarakat serta kecenderungan untuk mengurangi pengeluaran selama libur Lebaran.
“Kalau dibandingkan year on year, okupansi hotel selama libur Lebaran ini hanya 60 persen. Ini menurun hingga 30 persen dari tahun lalu,” kata Puguh saat dikonfirmasi ANTARA, di Surabaya, Senin.
Selain tingkat hunian hotel, penurunan juga terjadi pada program buka bersama Ramadan yang biasanya menjadi andalan pemasukan hotel dan restoran. Jika tahun lalu tingkat pemesanan mencapai 95 persen, tahun ini hanya sekitar 80 persen.
Menurut Puguh, beberapa hotel yang berlokasi di kawasan wisata atau pusat perbelanjaan masih mampu mencatatkan okupansi hingga 90 persen. Namun jumlahnya tidak banyak dan tidak mampu mengangkat rata-rata okupansi secara keseluruhan.
"Kalau rata-rata, hotel di Surabaya memang mengalami penurunan, meskipun ada hotel juga naik, tapi bisa dihitung jari," katanya.
Ia menambahkan, selain faktor daya beli, efisiensi anggaran di berbagai sektor, termasuk pemerintahan dan perusahaan negara, turut mempengaruhi penurunan permintaan terhadap layanan hotel dan restoran.
“Kecenderungan masyarakat sekarang lebih memilih tinggal di rumah ketimbang menginap di hotel seperti tahun-tahun sebelumnya,” ungkapnya.
PHRI pun mendorong pelaku usaha perhotelan untuk melakukan berbagai inovasi agar bisa tetap bertahan, salah satunya dengan menyasar pasar perusahaan swasta dan menciptakan program-program baru yang menarik.
"Bisa dialihkan sedikit, yang fokusnya ke government menjadi ke perusahaan-perusahaan swasta, atau inovasi program lainnya," ujarnya.
Ia juga berharap ada solusi dari pemerintah untuk menstimulasi daya beli masyarakat agar aktivitas ekonomi, termasuk sektor perhotelan dan restoran, bisa kembali normal.
"Kalau dari kami, semoga dengan adanya hal ini tidak terjadi pemutusan hubungan kerja bagi karyawan hotel maupun restoran," ucapnya.