Surabaya (ANTARA) - Sebanyak 126 peserta mengikuti kompetisi panjat tebing usia dini bertajuk "The Spider Kids 2025" yang digelar EIGER Tropical Adventure di Surabaya, untuk mendukung Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) mencetak atletnya sejak kecil.
Eiger Adventure Service Team Advisor Galih Donikara mengatakan kompetisi The Spider Kids merupakan agenda tahunan yang telah diselenggarakan berturut-turut sejak belasan tahun lalu.
"Kompetisi ini digelar di berbagai kota di Indonesia dalam berbagai seri untuk menampung minat para pemanjat usia dini. Ini adalah bagian dari upaya EIGER mendukung FPTI dalam mencetak atlet sejak usia dini, mulai dari kategori Youth E di usia tujuh tahun, bahkan lebih muda lagi," ujar Galih saat ditemui di acara pembukaan The Spider Kids 2025 di Surabaya, Sabtu.
Galih menjelaskan, dalam kompetisi The Spider Kids seluruh aspek pengawasan, keamanan dan penilaian kompetisi dikawal oleh FPTI setempat berdasarkan rekomendasi dari pengurus provinsi hingga pusat.
"Kompetisi ini diselenggarakan serentak di empat kota di Indonesia dan diikuti total 291 peserta dari berbagai daerah. Empat kota itu meliputi kota Surabaya, Bandung, Makassar dan Bali," ucapnya.
Galih menambahkan, untuk peserta di Surabaya bertanding di jalur lead dengan tiga kategori usia, yaitu Youth E (usia tujuh tahun), Youth D (usia 10-11 tahun) dan Youth C (usia 12-13 tahun).
"Tingginya antusiasme peserta ini bisa disebut sebagai cerminan animo masyarakat terhadap klub panjat tebing di Jawa Timur khususnya Surabaya dan sekitarnya," tuturnya.
Sementara itu, Technical Delegate FPTI Kota Surabaya Muhammad Efendi mengatakan kompetisi The Spider Kids menjadi barometer penting bagi perkembangan olahraga panjat tebing di Surabaya.
"Kompetisi bergengsi The Spider Kids 2025 sangat ditunggu oleh berbagai klub panjat di Jawa Timur. Ajang ini bukan hanya menguji kemampuan atlet, tetapi juga menunjukkan kualitas para pelatih. Persaingan sangat ketat karena gengsi dan kemampuan antarklub dipertaruhkan," ujar Efendi.
Efendi menambahkan, selama bertahun-tahun kompetisi tersebut telah melahirkan juara dari berbagai klub, bahkan usia atlet yang masih sangat muda menunjukkan potensi pembinaan panjang.
"Di Surabaya, kategori lead dipertandingkan dengan tingkat kesulitan jalur yang terus berubah di setiap babak. Pemenang selalu bergantian karena persaingan yang sangat kompetitif," tuturnya.