Surabaya (ANTARA) - Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas Widyaswendra menyatakan, pihaknya menambah kapasitas TPK Semarang dengan mengoperasikan dermaga samudera sepanjang 150 meter pada tahun 2025 untuk mendukung tambatan kapal.
Widya menuturkan pada dermaga tersebut akan didukung dua unit alat jenis harbour mobile crane untuk kegiatan bongkar muat serta melakukan penyiapan lapangan penumpukan tambahan untuk peti kemas
"Dalam jangka pendek di tahun 2025 ini, PT Pelindo Terminal Petikemas berencana mengoperasikan dermaga samudera sepanjang 150 meter untuk mendukung tambatan kapal TPK Semarang," kata Widyaswendra di Surabaya, Jawa Timur, Kamis.
Selain itu, PT Pelindo Terminal Petikemas akan mendatangkan alat bongkar muat baru jenis quay container crane yaitu alat yang untuk mengangkat peti kemas dari kapal ke truk atau sebaliknya yang rencananya tiba pada triwulan II-2026.
Selanjutnya, Pelindo melakukan peninggian dermaga dan lapangan penumpukan di area TPK Semarang sehingga diperkirakan pada 2029 arus peti kemas bisa mencapai 1,2 juta TEUs.
“Arus peti kemas di Semarang terus tumbuh karena tak lepas dari industri yang juga tumbuh di wilayah Jawa Tengah. Kami perlu melakukan penataan terminal agar kapasitas tetap memadai dan TPK Semarang dapat memberikan pelayanan secara maksimal,” katanya.
Ia menjelaskan upaya penataan tersebut dilakukan untuk menghindari terjadinya kongesti di TPK Semarang baik dari sisi laut (kesiapan tambatan) maupun dari sisi darat (penumpukan peti kemas).
Berdasarkan catatan PT Pelindo Terminal Petikemas, arus peti kemas TPK Semarang pada 2024 terdiri dari peti kemas luar negeri sebanyak 766.914 TEUs atau tumbuh 13 persen dan peti kemas dalam negeri sebanyak 128.990 TEUs atau tumbuh 24 persen.
“Jika melihat catatan TPK Semarang antara peti kemas ekspor dan impor hampir seimbang. Peti kemas ekspor sebanyak 385.224 TEUs dan peti kemas impor sebanyak 381.689 TEUs,” ujarnya.
Widya menyebutkan peningkatan arus peti kemas di TPK Semarang disebabkan oleh beberapa faktor yakni salah satunya adalah peningkatan peti kemas ekspor dengan tujuan Taiwan 14 persen, Amerika 26 persen, Jerman 21 persen, Tiongkok 15 persen yang mayoritas berisi barang-barang seperti produk kayu (furniture) dan sepatu.