Kupang - Program Sarjana Mengajar di daerah Terluar Tertinggal dan Terdepan merupakan solusi mengatasi kekurangan guru di daerah terpencil, kata Wakil Direktur Pendidikan dan Ketenagaan Dirjen Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Agussusilo Hadi. "Program Sarjana Mengajar di daerah Terluar Tertinggal dan Terdepan (SM3T) yang diluncurkan sejak 2010 cukup membantu mengatasi kekuarangan guru di daerah terpencil," katanya di Kupang, Selasa.. Ia mengatakan bahwa kekurangan guru selama ini menjadi salah satu masalah pelik dunia pendidikan dan bahkan selalu menjadi alasan pembenar bagi buruknya mutu pendidikan di daerah Terluar, Tertinggal dan Terdepan. Agussusilo Hadi, berada di Kupang dalam rangkaian kegiatan penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) antara Universitas Nusa Cendana (Undana) dan Universitas Negeri Gorontalo (UNG) bersama Bupati Alor, Manggarai Timur dan Rote Ndao (Terluar Tertinggal dan Terdepan) dan Seminar Pendidikan Kawasan Daerah Perbatasan di NTT. Ia mengatakan, program ini berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi ke daerah-daerah yang menjadi sasaran program SM3T, mendapat sambutan positif, karena cukup membantu siswa di sekolah-sekolah yang kesulitan pendidik, sehingga tidak teratur mengikuti pelajaran. Artinya, kata Agussusilo Hadi, kehadiran tenaga SM3T tidak lantas menyulap semua persoalan yang ada di daerah Terluar Tertinggal dan Terdepan menjadi tuntas semuanya, tetapi paling tidak, dapat membantu meringankan tugas dan beban di sekolah itu. "Selain itu, kehadiran tenaga SM3T ini juga dapat mengidentifikasi dan mencatat siswa yang mampu secara akademik, tetapi tidak mampu secara ekonomis dan ketersediaan guru dan infrastruktur di sekolah yang di tuju dan sekitarnya, sebagai bahan pembanding bagi Kemendiknas," katanya. (*)
Dikbud: Program SM3T Solusi Atasi Kekurangan Guru
Selasa, 29 Mei 2012 9:17 WIB