Tulungagung (ANTARA) - Pelaksanaan program makan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Senin berjalan lancar sesuai rencana, namun target sasaran tidak tercapai karena faktor keterbatasan jumlah juru masak di dapur umum.
Hal itu terungkap dari pengakuan pengasuh Ponpes Al Azhar, KH Imam Mawardi, yang menyebut bahwa dapur umum di tempatnya pada hari pertama pelaksanaan MBG hanya mampu menyiapkan 1.386 paket porsi makan bergizi gratis untuk enam jenjang pendidikan di lingkup Al-Azhar, mulai PAUD, TK, SD, SMP, SMA/SMK.
"Kalau sesuai kuota dapur umum yang digunakan operator MBG (Badan Gizi Nasional) di Al-Azhar idealnya mampu menyediakan 3.480 paket porsi makanan untuk 3.480 siswa di 25 sekolah di wilayah Kecamatan Kedungwaru dan sekitar. Tapi karena juru masaknya (masih) terbatas, akhirnya paket MBG hari ini dibatasi untuk internal siswa/santri di lingkup Al-Azhar," ungkap KH Iman menjelaskan.
Ia menjelaskan kebijakan dan pengelolaan layanan program MBG sepenuhnya menjadi otoritas BGN bekerja sama dengan jajaran Kodim 0807/Tulungagung. Pihak Yayasan Al-Azhar sama sekali tidak cawe-cawe selain hanya ketempatan dapur umum untuk pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis yang menjadi kebijakan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Terkait menu maupun besaran nominal harga ditentukan oleh Ketua Satuan Pelaksana (Kasatpel) di setiap dapur. Setiap siswa mendapatkan satu paket MBG dengan isi nasi putih, tahu, oseng-oseng wortel buncis dan ayam tepung.
Selain itu siswa juga menerima tambahan paket buah semangka dan susu. "Untuk menu kami tidak ikut mengatur, kami hanya menyiapkan dapur saja," ujarnya.
Sekda Kabupaten Tulungagung Tri Haryadi yang meninjau menerangkan program MBG ini nantinya akan dievaluasi.
Namun, hal tersebut bukan menjadi wewenang Pemkab. Dari hasil tinjauan, mereka menilai program sudah berjalan sesuai dengan jadwal.
"Tentunya nanti akan ada evaluasi, tapi itu bukan wewenang Pemkab," katanya.
Program MBG dirancang dengan menu "4 Sehat 5 Sempurna" yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan usia penerima manfaat. Misalnya, porsi untuk siswa SMP lebih besar dibandingkan SD karena kebutuhan gizi mereka berbeda.
Pelaksanaan program secara serentak dijadwalkan mulai Senin (13/1), dengan dapur di Pondok Pesantren Al Azhar menyiapkan 3.470 porsi makanan untuk pendistribusian dalam radius tiga kilometer.
Selain meningkatkan kesehatan siswa, program ini juga diproyeksikan menghidupkan sektor UMKM lokal, khususnya usaha makanan dan penyediaan bahan baku.
"Dampak positifnya akan meluas, baik bagi siswa maupun masyarakat," kata Tri.*