Trenggalek, Jatim (ANTARA) - Sejumlah tenaga medis di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur menggelar aksi turun ke jalan memperingati World Sight Day (Hari Penglihatan Sedunia) untuk mengampanyekan kesadaran memeriksakan mata sejak usia dini.
Aksi simpatik itu difokuskan di Simpang Empat Katakan atau depan Taman Makam Pahlawan, Kota Trenggalek, Kamis.
Sambil membawa atribut seperti baner, spanduk hingga stiker, mereka aktif menyapa para pengguna jalan, khususnya pengendara sepeda motor maupun mobil.
Terlihat banyak tulisan yang cukup menarik perhatian pejalan kaki maupun pengendara yang melintas.
Beberapa tulisan itu berbunyi, "Seharian Main Gawai, Nggak Kasihan Matanya", lalu "Mata Sehat Adalah Investasi, Jaga Penglihatan!", dan banyak lagi kalimat-kalimat edukasi kesehatan mata menarik lainnya.
"Gangguan penglihatan pada anak kini menjadi permasalahan yang sangat serius, untuk itulah tema peringatan World Sight Day atau Hari Penglihatan Sedunia yang jatuh pada hari ini (10/10) kami berkonsen tinggi di seputar isi kesehatan mata Anak," kata Direktur sekaligus Dokter Spesialis Mata Klinik Mata KMU dr. Tania Rahmania Maulani.
Ia menjelaskan bahwa momen World Sight Day yang diperingati setiap Kamis kedua di bulan Oktober ini menjadi momen yang sangat tepat untuk menyadarkan para orang tua untuk lebih peduli pada kesehatan mata anak.
"Kasus kelainan refraksi pada anak saat ini memang cukup tinggi selain katarak," tutur Tania.
Dikatakannya, dari beberapa kegiatan pemeriksaan Klinik Mata KMU Trenggalek di sekolah dan lembaga pendidikan selama 2024 tercatat 48 persen anak di Trenggalek telah menderita Keluhan Refraksi seperti Mata Minus dan Silinder.
Kondisi ini bisa dikarenakan beberapa hal, dan salah satunya disebabkan oleh tingginya penggunaan gawai sejak dini.
"Pada catatan terakhir hasil pemeriksaan kita bersama sekolah, sebanyak 22 dari 50 anak-anak di Trenggalek telah mengalami Kelainan Refraksi. Rata-rata di usia anak hingga remaja yang mana merupakan masa pertumbuhan. Ini merupakan kondisi yang sangat gawat karena jika tidak segera terdeteksi dan ditangani akan berpengaruh pada proses tumbuh kembang dan belajar." jelasnya.
Kampanye dengan turun ke jalan selama Oktober ini berfokus pada meningkatkan kepedulian masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan mata mulai dini.
"Dengan deteksi dini dan edukasi yang tepat, orang tua bisa mencegah dampak negatif gawai dan memastikan anak-anak tumbuh dengan penglihatan yang sehat, mendukung perkembangan mereka secara fisik, mental, dan akademis," imbuhnya.
Dokter Tania menegaskan, penting bagi semua untuk bisa menjaga kesehatan mata untuk masa depan yang cerah.
Hal itu bisa dimulai dengan memperbaiki gaya hidup, membatasi penggunaan gawai dalam kurun waktu yang lama, serta terapkan pola 20-20-20, yakni setiap menatap layar selama 20 menit, alihkan pandangan ke objek yg berjarak kaki atau sekitar 6 meter selama 20 detik dan lebih peduli dengan kondisi penglihatan anak khususnya.
"Sebagai orang tua kita bisa mencoba melakukan pemeriksaan mata rutin enam bulan sekali, dan bila diketahui ada gangguan penglihatan, segera diberi kacamata agar penglihatan lebih jelas dan tidak menyebabkan risiko gangguan penglihatan online lainnya seperti mata malas," katanya.