Surabaya (ANTARA) - Desainer fesyen asal Surabaya Embran Nawawi memperkenalkan batik pada Lao Fashion Week (LFW) 2024 di Laos, yang sekaligus untuk merayakan Hari Batik Nasional dengan menampilkan sejumlah karya dengan judul The Journey.
"Acara ini digelar di Vientiane Laos pada 1 sampai 6 Oktober 2024 yang juga bertepatan dengan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober, ini juga merupakan momen berharga bagi saya sebagai kreator fesyen batik," ucap Embran Nawawi di Surabaya, Selasa.
Embran mempelajari batik sejak masih berada di bangku kuliah pada awal tahun 90an di kawasan Malioboro Yogyakarta. Ia tetap konsisten hingga saat ini dan memasukkan unsur batik pada karya fesyen modern.
"Saya mempelajari batik sejak masih di bangku kuliah awal 90an belajar batik di gang sempit Malioboro Yogyakarta. Sekarang karena sudah dianggap menjadi budayawan batik Jawa Timur harus selalu konsisten dengan batik, untuk memasukkannya ke dalam fesyen modern," ujar pria yang juga menjadi dosen di beberapa kampus di Surabaya itu.
Pada pelaksanaan LFW 2024 yang juga bertepatan dengan Hari Batik Nasional tersebut, juga menjadi wadah untuk merayakan peringatan tersebut, karena batik adalah produk wastra dan budaya yang sudah digelutinya sejak 1996 saat menjadi Asisten Designer Fashion Batik CARMANITA di Jakarta.
Oleh karena itu, saat gelaran LFW 2024 dirinya merasa perlu mendeklarasikan serta mengenalkan kepada publik, dalam hal ini para penggiat fesyen di Asia, tentang Hari Batik Nasional.
"Setelah berdiskusi dengan panitia, saya mendapatkan dua model untuk memperagakan fesyen batik saya berpasangan. Akhirnya semua menyadari kehadiran batik Indonesia, karena hanya saya yang menampilkan bahan tradisional dalam karya fesyen," ujar pria yang saat ini menempuh studi sebagai mahasiswa Doktoral S3 Pascasarjana Institut Seni Indonesia di Yogyakarta tersebut.
Di LFW tahun ini, ia membawakan empat jenis koleksi batik, pertama, Fashion Leasure dengan judul By The Sea, yakni batik yang dibuat khusus oleh Embran dengan motif sea shell berwarna biru putih dengan efek air laut yang berbuih.
"Koleksi Kedua Fashion Street dengan judul POPMEKASN, dengan menggunakan batik bermotif kontemporer dan warna monokrom dari Pamekasan. Gaya street fashion modern makin menonjol dengan paduan warna cyber Lime," tuturnya.
Kemudian, koleksi ketiga yang merupakan representasi dari tema acara LFW yaitu Zero Waste, pihaknya mengeluarkan koleksi avant-garde dengan judul Tutur Wikara, berupa paduan batik dan tenun dari Kabupaten Kediri.
"Bentuk kimono dan mini dress yang dibuat dengan konsep puff fashion atau fesyen bergelembung menjadi Ikon fesyen batik malam itu," ucap Embran.
Terakhir, kata Embran, ditutup dengan koleksi Chandrakirana dengan menampilkan Fesyen Gala atau evening wear yang menggunakan batik Junjung drajat Tulungagung.
"Gaya dress modern dengan paduan batik dan velvet ditambah linen organza terlihat super elegant di 50 meter runway LFW itu," ucapnya.
Pada Lao Fashion Week kali ini, pihaknya berkolaborasi dengan desainer aksesoris dari Philipina Ann Lorio yang menyiapkan semua aksesories untuk semua koleksi karya fesyen batiknya.
"Tentu hal ini akan terus berlanjut di kegiatan-kegiatan berikutnya yang konsisten dengan wastra Jawa Timur," tutur Embran.