Bojonegoro (ANTARA) - Tim peneliti Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Bojonegoro (Unigoro) menemukan semut-semut yang menyerap berbagi logam berat di tambang minyak tua Wonocolo Kecamatan Kedewan Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.
"Keberadaan semut-semut di kawasan tambang minyak tradisional Wonocolo berfungsi untuk menyerap logam berat," Ketua LPPM Unigoro, Dr. Laily Agustina R., S.Si., M.Sc., di Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis.
Dikatakan Laily, temuan ini berdasarkan hasil Penelitian Fundamental Reguler (PFR) yang berjudul potensi bioakumulator logam berat pada semut famili formicidae di kawasan tambang minyak tradisional Wonocolo sebagai remediator alami.
"Semut menjadi makro fauna tanah yang mendominasi di Wonocolo. Sudah menjadi rahasia umum jika lahan daerah tersebut telah tercemar akibat aktivitas penambangan minyak tradisional," katanya.
Hasil penelitian yang didanai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Ditjen Diktiristek) melalui Pendanaan Penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat tahun 2024 itu sebelumnya menunjukkan tanah di kawasan Wonocolo mengandung material logam berat seperti merkuri, timbal, dan kadmium.
"Populasi semutnya melimpah, tapi tanahnya mengandung banyak logam berat. Apakah ada kaitannya? Ternyata ada. Semut dapat mengakumulasi atau menyerap logam berat di dalam tubuh dan sarangnya,” terang Laily.
Laily menjelaskan, riset semut di tambang minyak tradisional Wonocolo berlangsung mulai Juni hingga September, dengan menggunakan sampel 13 jenis semut sekaligus sarangnya.
Salah satu uji yang dilakukannya adalah uji X-ray Fluorescence (XRF) untuk mendeteksi apa saja komponen yang terdapat dalam tubuh semut.
Hasil uji tersebut menemukan sepuluh jenis logam berat di tubuh semut serta 13 jenis logam berat di sarangnya.
Jenis logam berat yang ada di tubuh semut antara lain adalah aluminium, barium, tembaga, besi, mangan dan nikel. Sedangkan jenis logam berat di sarangnya antara lain aluminium, barium, tembaga, kromium, besi, renium, seng, vanadium dan sirkonium.
"Spesies semut yang mengakumulasi sembilan jenis logam berat di tubuhnya dari genus Monomorium. Sedangkan sarang semut yang mengakumulasi hingga 13 jenis logam berat adalah sarang semut dari genus Solenopsis," jelas dosen ilmu lingkungan Unigoro itu.
Laily menambahkan, bahkan kandungan besi di sarang semut Solenopsis mencapai 33 persen. Ini menjadi bukti semut bermanfaat di Wonocolo, karena membantu tanah untuk mengurangi kandungan logam berat.
Lima tahun meneliti kawasan tambang minyak tradisional Wonocolo, Laily berharap warga tidak mengganggu habitat semut di Wonocolo karena dinilai dapat menyeimbangkan ekosistem.
"Riset semut di Wonocolo sifatnya baru penelitian dasar, selanjutnya akan menjadi penelitian terapan. Saya akan coba mengaplikasikan jenis semut yang potensial itu apakah benar dapat meremediasi cemaran logam berat di kawasan lain," katanya.