Lamongan - Terpilihnya Ketua Mahkamah Konstitusi Prof Mahfud MD dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan Dr Ali Masykur Moesa, MSi, MHum untuk memimpin DPP Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) periode 2012-2017 membuktikan peserta Kongres I ISNU menolak "politik uang" (money politics). "Mereka dipilih karena mau bekerja untuk organisasi. Saya senang karena calon yang menyodorkan sejumlah uang untuk menjadi ketua justru ditolak," kata Khusnun, peserta dari Kalimantan ketika ditemui di sela-sela kongres di Unisda Lamongan, Jatim, Minggu. Ia mengemukakan hal itu mengomentari hasil Kongres I ISNU yang menetapkan Mahfud MD sebagai "syuriah" ISNU dan Ali Masykur Moesa sebagai "tanfidz" ISNU dalam sidang pemilihan Ketua Dewan Kehormatan DPP ISNU dan Ketua Umum DPP ISNU pada Sabtu (18/2) malam. Dalam kongres yang juga dimeriahkan dengan seminar nasional dan seminar pararel yang membahas 40 "call paper" para pakar yang dimuat dalam Jurnal ISNU yang diedit 10 "reviewer" itu, proses pemilihan berlangsung lebih dulu, lalu pimpinan terpilih memimpin sidang penetapan program kerja organisasi. Sebelumnya, Ketua DPR RI Marzuki Alie yang hadir dalam kongres itu meminta ISNU dapat menjadi teladan bagi organisasi lain untuk memilih pemimpin tanpa "money politics" karena politik uang yang dipraktikkan organisasi sosial dan organisasi politik merupakan sumber dari korupsi. "Saya sedih mendengar ada pemilihan organisasi kepemudaan yang menggunakan politik uang. Bukan soal apa, tapi cara itulah yang menjadi sumber korupsi di negara kita, karena pemimpin organisasi itu tidak digaji dan pemimpin kepala daerah juga digaji tidak besar, sehingga mereka akan berupaya mengembalikan modal dengan korupsi," tegasnya. Ia menawarkan solusi untuk membersihkan organisasi atau partai politik dari "politik uang" dengann cara menyehatkan pola rekrutmen kader dan mengaitkan proses politik dengan nilai-nilai agama. "Misalnya, meraih kekuasaan dengan suap itu masuk neraka," ungkapnya. Secara terpisah, ketua panitia Ir Muhammad Koderi MT menyatakan ada seorang calon yang memang menawarkan sejumlah uang kepada panitia untuk menjadi ketua umum ISNU. "Tawaran itu memang ada, tapi kita tolak, karena kita membutuhkan pimpinan yang serius mengembangkan organisasi. Kalau menggunakan uang, kita yakin dia pasti akan memanfaatkan organisasi untuk kepentingan pribadi," katanya. Namun, Koderi yang juga pimpinan sidang pemilihan dalam Kongres I ISNU itu mengelak untuk menyebutkan sosok calon yang dimaksud. "Yang jelas kita bersyukur, pimpinan ISNU terpilih adalah pimpinan tanpa politik uang," katanya. Kongres I ISNU juga dimeriahkan dengan khitanan massal 567 anak di kawasan Lamongan dan sekitarnya, serta seminar nasional yang menampilkan Ketua MK Prof Mahfud MD, Mendikbud Prof Mohammad Nuh, Ketua DPR RI Marzuki Alie, dan deputi dari Kementerian BUMN, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Perumahan Rakyat. (*)
Peserta Kongres ISNU Tolak "Politik Uang"
Minggu, 19 Februari 2012 6:54 WIB