Surabaya (ANTARA) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa berziarah di makam seorang sufi, penyair, pendongeng yang sangat zuhud dari tanah Baghdad, yaitu Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi atau akrab dikenal dengan sebutan "Bahlul al-Majnun".
Mendiang tokoh sufi yang dikenal nyentrik, semasa hidupnya sarat keteladanan dari zifat zuhud atau menjauhi keburukan.
Saat ziarah pada 26 Mei lalu, Khofifah disambut oleh sang pemangku makam dan dipandu untuk melakukan doa dan tawasul di makam Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi.
Gubernur Jawa Timur periode 2019 - 2024 itu bahkan dihadiahi selendang kiswah oleh pemangku petilasan.
“Kiswah yang indah. Tentunya kita harapkan menjadi semangat untuk meneladani sifat zuhud seorang Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi,” katanya.
Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi berasal dari Kufah, Irak. Karena nyentriknya semasa hidup mendapat gelar "Bahlul al-Majnun" atau si Gila.
Salah satu riwayat menceritakan sebuah kisah Bahlul dengan Khalifah Harun al-Rasyid di tahun 197 Hijriah / 810 Masehi.
Saat itu sang Khalifah yang sering menjumpai Abu Wahb duduk menyendiri di atas kuburan bertanya , "Wahai Bahlul, kapan kau sembuh dari gilamu?".
Abu Wahb menjawab, "Aku atau engkau yang gila, wahai Khalifah?".
Dengan nada cukup tegas Khalifah Harun al-Rasyid menjawab, "Tentu yang setiap hari duduk di atas kuburan, yaitu Abu Wahb lah yang gila".
Namun si Bahlul bersikeras menyatakan dirinya waras.
Sang khalifah pun bertanya, mengapa yang sehat dan normal seperti dirinya yang dikatakan tidak waras?
Si Bahlul kemudian menjelaskan, "Justru karena aku tahu bahwa istana dan kekuasaanmu akan musnah. Dan di kuburan situ kau akan abadi. Oleh karenanya aku mempersiapkan diri untuk tinggal kekal di sini. Sementara engkau justru menyibukkan diri dengan membangun istanamu yang kelak atas takdir-Nya akan punah!".
Bahlul melanjutkan, "Kau terlihat begitu membenci kuburan sedangkan di situlah kelak tempat peristirahatan terakhirmu. Jika demikian adanya, lalu siapa di antara kita yang gila, wahai Khalifah?”.
Khalifah Harun tertegun dengan jawaban itu.
Lalu ia berkata kepada Bahlul sambil menangis terisak, “Demi Allah, benar sekali apa yang kau katakan, wahai Bahlul".
Khalifah kemudian meminta nasehat dan petunjuk kepada sang sufi ini.
Abu Wahb Bahlul bin An As Shairofi Al Kufi hanya memberikan satu nasihat, yaitu agar Khalifah memegang teguh dan mengamalkan kitab Allah SWT.
Khalifah mengangguk. Kemudian bertanya barangkali Abu Wahb punya permintaan yang dapat dipenuhi oleh sang Khalifah.
Abu Wahb Bahlul melontarkan tiga permintaan. Pertama, bisakah sang Khalifah menambah atau memperpanjang usianya?
Kedua, mampukah sang Khalifah menjaganya dari malaikat maut?
Ketiga, mampukah Khalifah memasukkannya di Surga dan menjauhkan dari api neraka.
Tiga permintaan yang tentu tidak mampu dipenuhi sang Khalifah.
Lantaran tiga permintaannya tidak bisa dipenuhi maka Abu Wahb menegaskan tidak butuh bantuan sang khalifah.
Bagi Khofifah, ajaran Abu Wahb Bahlul bin An As Shairofi Al Kufi sangat dalam.
"Betapa seorang sufi mementingkan hubungan dengan pencipta dan tidak tergiur dengan kemewahan dan keindahan dunia," ujarnya.
Khofifah pun berdoa semoga seluruh umat Nabi Muhammad bisa diberikan sifat zuhud yang menjauhkan diri dari hal-hal maksiat maupun keburukan, Amin ya robbal alamin.
Muhibah Khofifah di Baghdad (6): Teladani sifat zuhud tokoh sufi "Bahlul al-Majnun"
Oleh Hanif Nashrullah Sabtu, 1 Juni 2024 20:24 WIB
Tentunya kita harapkan menjadi semangat untuk meneladani sifat zuhud seorang Abu Wahb Bahlul bin An as Shairofi Al Kufi