Surabaya (ANTARA) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa mengunjungi Kota Ur, sekitar 100 kilometer selatan Baghdad. Mengalir Sungai Efrat di kota yang terletak di Provinsi Babilonia ini.
Di kota itu, Nabi Ibrahim diyakini lahir pada 2.000 tahun sebelum Masehi. Wilayah tersebut hingga kini terkenal dengan sebutan Mesopotamia kuno, salah satu tempat lahirnya peradaban manusia.
Ibnu Katsir melalui kitabnya, Bidayah wa al-Nihayah, menjelaskan, Nabi Ibrahim lahir di Babilonia yang termasuk wilayah Irak.
Dalam riwayat kitab sama, Nabi Ibrahim dikenal dengan nama Ibrahim bin Tarikh bin Nuhur bin Sarugh bin Raghu bin Faligh bin Abir bin Syalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh Alaihissalam.
"Babilonia pada masa itu merupakan pusat kebudayaan dan kekuasaan di wilayah Mesopotamia yang kini menjadi bagian dari Irak," kata Khofifah, Senin.
Gubernur Jawa Timur periode 2019 - 2024 itu singgah untuk bermuhasabah dan menapak tilas, serta meneladani kisah-kisah Ibrahim yang melahirkan banyak keturunan nabi dan rasul, termasuk Muhammad SAW.
Di tempat kelahiran Nabi Ibrahim didirikan masjid. Dalam beberapa riwayat menyebut di masjid itu merupakan rumah yang sempat ditinggali Nabi Ibrahim semasa hidupnya.
Bagi Khofifah, kelahiran Nabi Ibrahim di tengah peradaban maju menjadi landasan yang berperan penting dalam menyebarkan ajaran tauhid.
"Kelahirannya di Babilonia, membuat Nabi Ibrahim harus berdakwah di dunia yang penuh dengan penyembahan berhala dan menghadapi pemimpin zalim," ujarnya.
Nabi Ibrahim diceritakan dalam Al Quran hidup era pemerintahan Raja Namrud. Pada masa itu, Mesopotamia hidup dalam masa jahiliyah yang masyarakatnya banyak menciptakan patung untuk disembah.
Sedangkan saat itu, Raja Namrud telah memerintah Babilonia selama 400 tahun. Dengan masa pemerintahannya yang panjang membuat sosok sang Raja penuh kesombongan, bahkan sampai mengklaim dirinya sebagai Tuhan.
Suatu hari Raja Namrud bermimpi tentang lahirnya seorang anak yang kelak akan menggulingkan tahtanya. Saat terbangun dari tidurnya, Raja Namrud langsung memerintahkan pembunuhan semua bayi laki-laki yang lahir.
Namun Nabi Ibrahim disembunyikan oleh orang tuanya di dalam sebuah gua. Kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrud yang zalim ini banyak disebutkan dalam Al Quran, terutama dalam beberapa surat seperti Al-Baqarah, Al-An'am, Al-Anbiya, Asy-Syura, Ibrahim, dan Hud.
Nabi Ibrahim ketika beranjak remaja menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh masyarakat jahiliyah. Termasuk berhala yang disembah Raja Namrud turut dihancurkan.
Raja Namrud yang murka memerintahkan agar Nabi Ibrahim dihukum dengan cara dibakar hidup-hidup.
Namun, dengan perlindungan Allah, Nabi Ibrahim tidak terbakar oleh api yang dinyalakan untuk membakarnya selama 40 hari. Dalam Al Quran Surat Al Anbiya, Ayat 69, Allah berfirman, "Wahai api, jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim".
Keajaiban terjadi, walau Nabi Ibrahim berada di dalam tungku pembakaran selama 40 hari, sama sekali tidak mengalami luka bakar.
"Ini adalah bukti nyata atas pertolongan Allah yang luar biasa, memperlihatkan kuasa-Nya yang tak terbatas. Dalam momen tersebut, banyak hewan juga turut membantu memadamkan api yang mengelilingi Nabi Ibrahim," ucap Khofifah.
Setelah api berhasil dipadamkan, kaum Kaldan yang sebelumnya sombong dan menganggap diri mereka kuat, akhirnya tertunduk malu. Mereka harus menerima kekalahan yang begitu telak. Meskipun mereka telah mencoba membakar Nabi Ibrahim selama 40 hari, nyatanya tidak mampu menyakiti atau mengalahkannya.
Meskipun telah menyaksikan mukjizat ini secara langsung, hanya sedikit orang yang mengakui kebenaran dan kebesaran Tuhan yang diyakini oleh Nabi Ibrahim. Raja Namrud dan para pengikut setianya tetap sombong dan menolak untuk menerima ajaran yang benar.
Perdebatan dengan Raja Namrud juga terjadi ketika Nabi Ibrahim dan rakyat Babilonia datang ke istana untuk meminta makanan. Meski Nabi Ibrahim dan rakyat Babilonia akhirnya pulang dari istana dengan tangan hampa namun Allah memberinya rezeki yang lebih baik dan berlimpah.
Sedangkan, Raja Namrud kemudian mendapatkan azab dari Allah, termasuk serangan pasukan lalat atau nyamuk yang menyebabkan penderitaan bagi dirinya dan pengikutnya.
"Ini adalah contoh yang sangat kuat tentang bagaimana Allah SWT melindungi para nabi-Nya dan menghukum orang-orang yang zalim. Semoga kita bisa meneladani keberanian Nabi Ibrahim dalam memerangi kemungkaran. Ketakwaan dan keimanan Nabi Ibrahim menjadi nyala api yang membuatnya berani memerangi yang bathil dan berjalan membela agama Allah," tutur Khofifah.