Surabaya (ANTARA) - Dinas Pendidikan Jawa Timur mematangkan implementasi kurikulum merdeka (IKM) tahap 2 jenjang SMK di provinsi setempat untuk menunjang kualitas pembelajaran yang lebih optimal.
"Pematangan IKM tahap 2 jenjang SMK di Jatim ini untuk mewujudkan peserta didik cerdas sesuai bakat dan minatnya, juga berkepribadian dan berjiwa Pancasila," kata Kepala Dinas Pendidikan Jatim Aries Agung Paewai dalam keterangannya, Kamis.
Pada pelaksanaan tahap 2 IKM yang digelar 26-28 Maret 2024 ini, kegiatan diikuti sebanyak 155 orang, terdiri atas 24 orang pengawas SMK dan 131 perwakilan dari sekolah negeri/swasta se-Jawa Timur.
Pria yang juga Penjabat (Pj) Wali Kota Batu itu menyebut perlunya kematangan dalam memahami implementasi merdeka belajar.
Apalagi jika melihat pada hasil data Programme for International Student Assessment (PISA) di mana menunjukkan 70 persen siswa berusia 15 tahun berada di bawah kompetensi minimum dalam memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar.
Baca juga: Dispendik Jatim tetapkan lima kompetensi guru PLB
Skor PISA ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10-15 tahun terakhir.
"Karenanya pemerintah mengeluarkan kurikulum merdeka untuk menekan angka ini. Melalui IKM siswa diharapkan mampu memahami materi esensial seperti numerasi dan literasi," ujarnya.
Ia melanjutkan kurikulum merdeka belajar menyajikan pembelajaran intrakurikuler yang beragam dengan tujuan agar peserta didik dapat memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep serta menguatkan kompetensi.
Dalam kurikulum merdeka guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar, sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik.
"Di dalam kurikulum merdeka menggunakan basis project untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila. Project ini dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah," katanya.
"Project tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran," tambahnya.
Sedangkan dalam implementasinya, lanjut Aries, isi kurikulum dapat dilaksanakan melalui tiga tahapan yaitu, pertama assesmen diagnostik.
Tahap pertama ini guru melakukan assesmen diagnostik yang merupakan assesmen awal untuk mengenali potensi, karakteristik, kebutuhan, perkembangan, serta pencapaian dari pembelajaran.
"Assesmen ini umumnya dilaksanakan pada awal tahun pembelajaran, kemudian hasil assesmen akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan perencanaan yang lebih lanjut," ucapnya.
Kemudian ada perencanaan. Tahap kedua ini guru menyusun perencanaan mengenai proses pembelajaran yang akan dilakukan selama periode tahun ajar sesuai dengan hasil assesmen diagnostik.
Selain itu, guru juga bisa mengelompokkan siswa berdasarkan tingkat kemampuan mereka supaya pembelajaran dapat lebih tepat sasaran.
"Terakhir, tahap tiga guru akan melakukan pembelajaran. Selama masa pembelajaran, guru tidak hanya akan melaksanakan sesuai perencanaan, namun juga melakukan assesmen formatif secara berkala," tuturnya.
Hal ini bertujuan agar guru bisa mengetahui seperti apa progress pembelajaran siswa dan menyesuaikan metode pembelajaran jika diperlukan.
"Pada akhir proses pembelajaran, guru dapat melakukan assesmen sumatif sebagai proses evaluasi ketercapaian tujuan pembelajaran," kata Aries.