Ketua ISNU Jatim Prof Mas’ud Said mengungkapkan Jatim memiliki 6.864 pesantren dengan jumlah santri jutaan.
"Selain itu Indonesia memiliki 9,7 juta UMKM. Bahkan Indonesia sudah memiliki UU Industri Halal," katanya di Surabaya, Rabu.
Prof Mas'ud menandaskan Khofifah Indar Parawansa selama menjadi Gubernur Jatim 2019-2024 telah mengembangkan potensi produk di kalangan pesantren.
"Beliau membuat program 'One Product One Pesantren' atau OPOP yang diikuti 1.200-an dari 6.864 pesantren di Jatim, dengan menghasilkan 2.500 jenis produk. Santri itu butuh produk halal, jadi potensi industri halal itu besar," ujarnya.
Menurutnya kehalalan itu keharusan berdasarkan siklus halal di Indonesia yang potensinya dinilai begitu besar, mulai dari produsen, konsumen, dan mediator atau pedagang.
"Bagi bangsa Indonesia yang berpenduduk Muslim terbesar, kehalalan adalah keharusan. Mau keluar negeri pun selalu mencari makanan halal, perbankan pun syariah, jadi halal itu ceruk yang besar," ucap guru besar yang juga Direktur Pascasarjana Universitas Islam Malang (Unisma) itu.
Karenanya ISNU Jatim berkomitmen menjadikan Indonesia dengan sentralnya di Jatim sebagai pusat industri halal dunia tahun 2027.
"Saat ini lembaga pendamping halal yang dibentuk ISNU Jatim sudah ribuan lembaga. Potensi Jatim itu didukung 76 perguruan tinggi Islam, 2.272 koperasi syariah, 1.595 koperasi pesantren, 28 Rumah Sakit Nahdlatul Ulama, 30 Rumah Sakit Muhammadiyah, 50 universitas Islam yang dimiliki Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Potensi laboratorium halal di Jatim juga besar," ucap Prof Mas'ud.
Sementara itu, PWNU Jatim mengharapkan ISNU dapat menjadi garda terdepan dalam pengembangan industri halal di Jawa Timur.
"Sebanyak 3.500 pendamping Proses Produk Halal (PPH) yang dimiliki ISNU itu mampu untuk mengawal pengembangan industri halal di Jawa Timur," kata Wakil Sekretaris PWNU Jatim, Ahmad Hakim Jayli.