Surabaya (ANTARA) - Anak-anak berkebutuhan khusus di Surabaya mengisi waktu menjelang berbuka puasa atau "ngabuburit" dengan mewarnai topeng di atas kertas atau paper mask.
Mereka adalah anak-anak yang tinggal di Asrama Sekolah Luar Biasa (SLB) Bangun Bangsa Surabaya. Terdiri dari penyandang tuna grahita, autis, dan tuna rungu, berusia empat hingga 12 tahun.
Kegiatan bertajuk "Kelas Semesta" yang telah rutin berjalan untuk mengasah imajinasi dan kreatifitas anak ini melibatkan sejumlah komunitas.
Di antaranya dari komunitas seni ArtO dan Studio Bunuh Diri. Selain itu, Sentra Wisata Kuliner Kapas Krampung Surabaya menyediakan tempat untuk pelaksanaan kegiatan ini.
Berbagai komunitas tersebut berharap dengan sentuhan seni dapat merangsang kepekaan anak-anak berkebutuhan khusus. khususnya kelak dalam mengarungi kehidupan bermasyarakat.
Pendiri komunitas ArtO Dewi Mustika menjelaskan seni adalah bahasa universal.
"Bahasa seni tidak ada batasan, sehingga nantinya anak-anak berkebutuhan khusus ketika dewasa bisa hidup berdampingan bersama kita," katanya saat dikonfirmasi di sela kegiatan, Minggu.
Inisiator Kelas Semesta Alfajar Xgo mengaku takjub dengan nalar seni anak-anak berkebutuhan khusus tersebut.
"Seninya anak-anak SLB Bangun Bangsa yang disabilitas ini melebihi ekspektasi kita," ujarnya.
Pendiri Studio Bunuh Diri itu menilai anak-anak berkebutuhan khusus memiliki imajinasi dan kreatifitas yang liar.
"Terbukti dari beberapa karya topengnya, anak-anak berkebutuhan khusus ini memiliki kelebihan imajinasi dan kreatifitas dibanding misalnya anak-anak kampung atau anak-anak jalanan," ucapnya.
Kepala SLB Bangun Bangsa Surabaya Octalia Pramurdiasti menyampaikan kegiatan ini memiliki banyak dampak yang positif bagi anak-anak didiknya.
"Kalau mewarnai itu bisa merangsang motorik halus dan motorik kasarnya. Terus anak-anak juga bisa belajar seni juga," katanya.
Octalia berharap kegiatan ini terus berkelanjutan demi mengasah imajinasi dan kreativitas yang diyakini kelak akan bermanfaat ketika anak-anak berkebutuhan khusus tersebut tumbuh dewasa.
Usai mewarnai, anak-anak berkebutuhan khusus itu terlihat sumringah mengenakan warna-warni topeng hasil kreasinya sendiri.