Surabaya (ANTARA) - Pengelola Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS) mencatat sebanyak lima orang telah mengikuti prosesi ikrar mualaf atau pembacaan dua kalimat syahadat selama pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan 2024 yang telah berjalan empat hari.
"Warga negara asing (WNA) dari Australia ada yang mengikuti ikrar, di hari pertama puasa. Kalau sampai hari ini sudah lima orang," kata Humas "MAS" Helmy M Noor kepada ANTARA di Surabaya melalui sambungan telepon, Jumat.
Helmy menjelaskan pembacaan ikrar mualaf sebenarnya tidak hanya dilaksanakan saat momen Ramadhan, namun memang ada kecenderungan jumlahnya meningkat ketimbang hari biasa.
"Kalau dalam sebulan di luar Ramadhan biasanya sekitar 5-10 orang ikrar, tetapi ini baru hari keempat sampai sudah lima orang. Kalau tahun lalu saat Ramadhan lebih dari 20 orang yang ikrar, sekitar 50-100 orang," ucapnya.
Kendati demikian, ikrar mualaf tak bisa serta merta dilaksanakan, sebab ada tahapan verifikasi yang dilakukan oleh tim dari "MAS" kepada calon mualaf.
Helmy menyebut tahapan yang ketat itu untuk memastikan kemantapan hati calon mualaf.
"Saksinya siapa, alamat dimana yang ditunjukkan melalui KTP atau paspor, dan alasannya apa," ucapnya.
Kemudian ketika proses ikrar mualaf telah terlaksana, maka pihak Masjid Al-Akbar membantu para mualaf untuk lebih memahami ajaran Islam, melalui kelas perseorangan yang bisa dilaksanakan daring maupun luring.
"Materi soal rukun Islam, rukun iman, kemudian kalau sudah menjadi Muslim kewajibannya apa saja, seperti tata cara shalat, wudhu, puasa, dan zakat," ucap Helmy.
Sementara, berdasarkan keterangan resmi "MAS", diketahui satu warga asal Kabupaten Jombang, bernama Ida Suliyati membaca dua kalimat syahadat.
Pelaksanaan ikrar yang langsung dipimpin Imam Besar "MAS" Kiai Abdul Hamid Abdullah berlangsung setelah pelaksanaan ibadah Shalat Jumat.
Ida Suliyati yang berprofesi sebagai asisten rumah tangga (ART) karena pemilik rumah di tempatnya bekerja memiliki rasa toleransi antar sesama umat beragama.
Lebih lanjut, kata dia setiap hari Minggu pemilik rumah pun memintanya untuk melaksanakan ibadah di gereja terlebih dahulu, sebelum melaksanakan tugasnya.
"Pak Habibi pemilik rumah juga setiap hari setelah Subuh selalu menayangkan siaran langsung dari Mekkah dan Madinah tentang ritual ibadah yang membuat saya tersentuh untuk memeluk Islam," ucapnya.
Toleransi yang ditunjukkan pemilik rumah pun menghadirkan ketertarikannya untuk memeluk agama Islam.
Imam Besar "MAS" Kiai Abdul Hamid berharap setelah mengucap ikrar mualaf, Ida bisa secepatnya berangkat ke Tanah Suci dan melaksanakan seluruh ajaran Islam sebaik-baiknya.
"Semoga segera bisa umroh tetapi kalau sudah masuk Islam harus dijaga shalat lima waktu, yaitu dzuhur, ashar, maghrib, isya’ dan subuh," kata Kiai Abdul Hamid Abdullah.