Surabaya (ANTARA) - Lora Ismail Al-Kholili dari Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil Demangan Bangkalan Madura Jawa Timur, menyampaikan kritik terhadap Generasi Z terkait "mindset viralitas" saat berbicara di "Majelis Subuh GenZI" (MSG) di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS), Minggu.
"Generasi Z -GenZI/Generasi Z Islami- itu generasi unik, generasi stroberi, generasi yang menarik dari luar tapi lembek di dalam, karena memang mengalami krisis role model -teladan/panutan-," katanya dalam MSG ke-12 yang juga dihadiri Sekjen PP Dewan Masjid Indonesia (DMI) KH Rahmat Hidayat PhD dan Ketua BPP MAS DR KHM Sudjak MAg.
Menurut generasi keenam dari Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil itu, Generasi Z mengalami krisis "role model" (teladan/panutan), karena memiliki "mindset viralitas" yang mengukur sukses dan eksistensi dari viral-tidaknya apa yang di-posting di media sosial (medsos/sosmed).
"Nggak eksis kalau nggak viral, jadi berharga, bermakna, atau berpengaruh-tidaknya seseorang itu diukur dari postingan yang viral. Itu -viralitas- merupakan pengaruh dari gadget/hanpdhone, nggak viral, nggak eksis, nggak bermakna atau nggak berharga kalau apa yang di-posting tidak viral, bahkan kalau ada postingan yang kurang viral, maka langsung di-delete," katanya.
Padahal, kata Lora Milenial itu, mindset (cara berpikir) yang berpatokan viralitas itu memiliki dua dampak negatif yang bisa membuatnya gagal, yakni budaya instan (dimanjakan teknologi) dan masalah kejiwaan (penyakit mental).
"Kalau kita dimanjakan oleh teknologi atau dipengaruhi gadget, maka kita akan menjadi 'mager' atau malas gerak, yang dampaknya membuat kita menjadi tidak sabaran atau mau menjalani proses. Nonton film pun ingin yang pendek, atau dipendekkan sendiri," katanya.
Solusinya, adalah meneladani Nabi Muhammad untuk mau berproses, berjuang, berikhtiar, serta sabar. "Ikhtiar itu penting, karena Nabi mengatakan Allah itu tidak menuntut hasil, tapi melihat proses, karena hasil atau hidayah itu urusan Allah," katanya.
Bahkan, Nabi sendiri juga bertumbuh dan berproses, Nabi tetap mau bersusah payah untuk hijrah, meski selang beberapa bulan sebelumnya sempat pergi ke tempat yang jauh di Arsy dengan buraq.
"Kenapa Nabi mau hijrah, mau dengan ribet dan repot, karena Nabi mengajarkan kita untuk ikhtiar, effort, berproses, dan selalu bersabar," katanya.
Dampak kedua dari mindset viralitas, selain dampak instan, adalah penyakit kejiwaan/mental.
"Dari sisi umur memang kelihatan muda, tapi mindset viralitas justru membuatnya mudah menderita penyakit kejiwaan, merasa paling apes/sial, merasa terzalimi, nggak mau menerima kekurangan, ingin sempurna, suka membanding-bandingkan," katanya.
Solusinya, Lora kelahiran 10 Juli 1995 itu pun mengajak untuk meneladani Nabi yang tidak hanya mau berproses, namun menerima apapun hasil yang ditakdirkan Allah, karena tidak ada takdir yang tidak baik dalam pandangan Allah, meski manusia sering tidak menyadari hikmah atau pelajaran di balik takdir Allah itu. Kemuliaan itu tidak ada yang instan, kecuali "orang dalam".
"Jangan menggantungkan harapan pada sesuatu yang sudah terjadi, Nabi mengajarkan kita menerima apa yang terjadi hendaknya dibiarkan terjadi, karena berharap kepada apa yang sudah terjadi adalah cara menyakiti diri sendiri dengan sengaja. Nabi mengajarkan kita mengembalikan hasil dan takdir (hasil yang sudah terjadi) kepada Allah. Kalau terlanjur punya penyakit kejiwaan, saran saya bawa saja ke psikolog, jangan ke ulama, karena nggak nyambung," katanya.
Apresiasi "MSG"
Dalam kesempatan MSG itu, Sekjen PP Dewan Masjid Indonesia (DMI) KH Rahmat Hidayat PhD dan Lora Ismail Al-Kholili dari Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil, Demangan, Bangkalan, Madura, Jawa Timur mengapresiasi program "Majelis Subuh GenZI" (MSG) di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya (MAS).
"Ini luar biasa, saya akan duplikasi untuk masjid lain se-Indonesia, karena anak muda dekat masjid itu luar biasa. Saya senang datang ke sini, karena meski harus datang jam 03.00 dinihari, tapi saya bersemangat bertemu generasi harapan bangsa," kata Rahmat Hidayat saat membuka MSG ke-12 di Masjid Al-Akbar Surabaya itu.
Ia menilai jika Generasi Z itu berkarakter baik, maka bangsa dan negara ini akan hebat dan cemerlang saat memasuki Indonesia Emas 2045. "DMI pun akan punya program masjid yang ramah GenZI, selain selama ini sudah ada program ramah anak dan lansia," katanya.
Apresiasi "Setahun MSG" (MSG ke-12) juga disampaikan oleh dai milenial Lora Ismail Al-Kholili dari Pesantren Syaikhona Muhammad Kholil, Demangan, Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
"Sebelum datang ke Masjid Al-Akbar ini, saya nggak punya ekspektasi apa-apa, karena saya menyangka pesertanya mungkin hanya 20-50 anak, bahkan juga bukan anak-anak, tapi banyak yang bapak-bapak dan emak-emak, ternyata sekarang saya justru kaget," katanya.
Tanpa diduga, peserta mayoritas GenZI dan mereka hadir sejak jam 03.00 dinihari untuk khotmil Qur'an, sholat Subuh berjamaah, dan melakukan kajian tematik. "Masya-Allah, saya yakin ini pasti GGS alias GenZI-GenZI Syariah, bukan GenZI-GenZI Serigali," katanya.
Lora Ismail menilai MSG bisa masuk pada janji Allah. "Nggak semua orang bisa haji, tapi ada amal yang tanpa haji sudah tergolong haji, diantaranya sholat subuh berjamaah, lalu dzikir sampai terbit matahari, lalu sholat dua rokaat, maka dia mendapat pahala haji dan umroh, yang sempurna, sempurna, sempurna, Nabi sebut 3 kali," katanya.
Dalam pesannya, Lora Ismail menyarankan GenZI untuk selektif dalam membuat konten tentang pesantren, karena wargaNet tidak semuanya paham betul tentang budaya pesantren, misalnya budaya takdzim santri kepada kiai bisa disalahpahami dalam konteks budaya yang berbeda.
"Nggak semuanya layak diposting, tapi kalau ada posting bully dan kekerasan, jangan dibantah, tapi balas dengan posting sikap kasih sayang kyai/nyai kepada santri. Intinya, jangan semua isi pesantren di-posting," katanya saat menerima buku 'Kesalehan Digital' dari jamaah MAS.
Sementara itu, inisiator GenZI dan MSG di Masjid Al-Akbar, H Helmy M Noor, mengucapkan syukur MSG sudah terlaksana 12 kali. "Alhamdulillah, tanpa terasa usia MSG sudah 1 tahun. Mudah-mudah, MSG akan diduplikasi oleh masjid lain di Indonesia," katanya.
Helmy yang juga Sekretaris BPP MAS itu menambahkan model dakwah fokus pada usia Generasi Z (Gen Z) akan menjadikan masjid semakin dicintai anak-anak muda, karena mampu menyesuaikan perkembangan Gen Z. "GenZI di Masjid Al-Akbar sudah punya tiga pilar program yakni GenZI Dakwah, GenZI Digital, dan GenZI Entrepreneurship," kata Humas MAS itu.
MSG merupakan kegiatan dari pilar GenZI Dakwah yang selama setahun mendatangkan dai-dai muda level nasional dan regional, diantaranya Ustadz Hanan Attaki, Habib Husein Jafar al-Hadar, Ustadz Syam Elmarusy, Ustadzah Oki Setiana Dewi, Gus Kautsar, dan sebagainya.(*/mas)
Lora Ismail Al-Kholili kritik "mindset viralitas" GenZI
Minggu, 8 September 2024 11:22 WIB
mindset (cara berpikir) yang berpatokan viralitas itu memiliki dua dampak negatif yang bisa membuatnya gagal, yakni budaya instan (dimanjakan teknologi) dan masalah kejiwaan (penyakit mental)