Dalam diskusi bertajuk "Ngobrol tentang Cak Anam" dalam rangka mengenang tokoh NU dan penerus Harian "Duta Masyarakat" di Jatim, sekaligus merayakan HUT ke-23 Duta Masyarakat era Cak Anam (2001-2024) itu, politisi yang akrab disapa Gus Sadad itu mengemukakan hal itu menjawab pertanyaan almarhum Cak Anam yang disampaikan dalam diskusi itu oleh adik almarhum, M Kaiyis.
"Kalau soal pertahanan justru Pak Prabowo selama menjabat Menhan selalu mendorong konsolidasi pertahanan menuju konstalasi politik baru melalui serangkaian kerja sama dengan negara lain," kata dalam diskusi yang juga menampilkan Luhfil Hakim (Ketua PWI Jatim) dan Prof. DR. KH. Imam Ghazali Said, MA. (UINSA/Pesantren An-Nur Surabaya).
Politikus santri yang alumni Pesantren Sidogiri, Pasuruan itu menyatakan Prabowo juga sering menyebut peran kunci NU yang sempat menyerukan "holy war" (jihad fi sabilillah), sehingga sejarah mencatat tentara yang menjadi pemenang perang dunia justru kalah dalam pertempuran di Surabaya.
"Karena itu, saya juga banyak belajar dari Cak Anam bahwa politikus Nahdliyyin itu yang penting bukan partai apa, tapi politikus yang mengembangkan pandangan NU dalam berpolitik, yakni maqosidus syariah, atau berpolitik yang melahirkan kebijakan partai untuk menjaga agama, jiwa, dan mengelola urusan dunia," katanya.
Dalam kesempatan itu, Gus Sadad yang selama kuliah S2 hingga menjadi anggota DPR sering menjadi penulis kolom di Harian Duta Masyarakat itu juga masih ingat otokritik Cak Anam kepada politikus nahdliyyin yang dinilai "jago kandang", bukan ada yang sekelas Gus Dur dan Cak Anam sendiri.