Bojonegoro - Penulisan buku "Petilasan" Jejak Anglingdarma berisi legenda Kerajaan Malawapati di Kabupaten Bojonegoro yang disusun Tim Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, rampung. "Dalam menyusun buku ini dilakukan secara ilmiah melalui penelitian, juga dilakukan melalui pendekatan supranatural atau non-ilmiah," kata Kepala Bidang Pelestarian dan Pengembangan Nilai Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bojonegoro Saptatik di Bojonegoro, Selasa. Ia menjelaskan, penyusunan buku itu dimulai setahun yang lalu dan dilakukan pembahasan pada 23 September 2011 dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat di Bojonegoro. Turut dalam pembahasan itu, katanya, 10 supranatural dipimpin Rochman (59), warga Desa Wotangare, Kecamatan Kalitidu, yang kediamannya satu desa dengan situs Mlawatan yang menjadi obyek penyusunan buku. Menurut dia, setelah melalui pembahasan dan diskusi yang panjang, buku dengan tebal 89 halaman itu sudah dianggap final dan rampung. "Rencannya buku ini akan dicetak untuk disebarkan kepada lembaga pendidikan di Bojonegoro," katanya. Secara prinsip, katanya, dibenarkan salah seorang penyusun buku dari Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, Drs. Sukari bahwa ditemukan kesamaan pandang antara penelitian secara ilmiah dengan pandangan supranatural.(*) Kesamaan itu, katanya, dari penelitian ilmiah ditemukan sejumlah data di lapangan di situs Mlawatan di Desa Wotangare, Kecamatan Kalitidu, sejumlah benda bersejarah antara lain tumpukan batu bata kuno, sumur "lapen" (tempat menyembunyikan senjata), lemah "mbag", dan "punden saji". Selain itu, katanya, penelitian ilmiah dan non-ilmiah juga ada kesamaan pandang, untuk membuktikan temuan tersebut. Keduanya sepakat harus ada penggalian purbakala (ekskavasi) di situs Mlawatan untuk membuktikan kebenaran sejarah Kerajaan Malawapati dengan raja Prabu Anglingdarma, bukan hanya legenda. "Dengan adanya punden saji, tumpukan batu bata kuno, juga sumur lapen, mengambarkan di sekitar lokasi ada keratonnya, " kata Sukari. Rochman mengatakan, di kawasan situs Mlawatan seringkali ditemukan benda-benda kuno antara lain keris, "tai" besi, keramik, dan terakhir pada 11 November2011 ditemukan tumpukkan batu bata memanjang. "Saya yang menemukan dan sekarang ditimbun kembali, " katanya. Berdasarkan identifikasi tumpukan batu bata kuno itu, ada tiga jenis masing-masing berukuran 20x20 centimeter, 30x30 centimeter, dan 40x40 centimeter, dengan ketebalan lima centimeter yang diperkirakan merupakan bangunan dan fondasi. "Kalau perkiraan saya, lokasi kawasan Kerajaan Malawapati seluas delapan hektare," katanya.(*)
Penulisan Buku "Petilasan " Jejak Anglingdarma Bojonegoro Rampung
Selasa, 29 November 2011 9:50 WIB