Bojonegoro - Jajaran Pemkab Bojonegoro, Jawa Timur, mendesak Balai Besar Bengawan Solo di Solo, Jawa Tengah, melakukan tindakan untuk mengatasi penyumbatan sedimen pada pintu pengeluaran Waduk Pacal, di Desa Kedungsumber, Kecamatan Temayang, sejak 10 November. "Para petani yang menanam padi di daerah irigasi Waduk Pacal mulai membutuhkan air, sebab dalam beberapa hari ini mulai langka hujan, " kata Kepala Dinas Pengairan Bojonegoro, Bambang Budi Susanto, Minggu. Ia menjelaskan, pihaknya sudah melapor melalui surat kepada Balai Besar Bengawan Solo di Solo, setelah diketahui pintu pengeluaran Waduk Pacal tidak berfungsi, akibat tertutup sedimen, pada 10 November lalu. Dalam surat tersebut, isinya meminta penyumbatan pintu pengeluaran segera ditangani, sehingga air masih tetap bisa dikeluarkan untuk kebutuhan air irigasi pertanian. Menanggapi surat itu, katanya, Tim Balai Besar Bengawan Solo, beberapa hari yang lalu, sudah datang ke lokasi waduk setempat. Tim melakukan kajian, penyumbatan sedimen yang terjadi dan teknik penanganannya untuk mengatasi terjadinya penyumbatan itu. "Kapan ditangani kami masih belum tahu, sebab masih akan dibahas di Balai Besar Bengawan Solo di Solo, " katanya menjelaskan. Bambang mengatakan, terjadinya penyumbatan pintu pengeluaran ini, untuk kedua kalinya. Hal serupa pernah terjadi, pada Januari 2010 dan penanganannya adalah dengan mengeruk sedimen di seputar pintu pengeluaran sebesar 40.000 meter kubik. Selain sedimen, dua pintu pengeluaran dengan diameter masing-masing 4 X 4 meter, juga tersumbat batang kayu yang terbawa banjir bandang dari daerah atas waduk yang dibangun Belanda pada 1933 itu. "Sejauh mana terjadinya penyumbatan yang terjadi sekarang ini kami belum tahu," katanya menambahkan. Menurut dia, diperkirakan pintu pengeluaran tertutup sedimen, karena ada pekerjaan pengerukan sedimen yang lokasinya di utara. Dengan adanya pekerjaan itu, bersamaan dengan turun hujan, sedimen yang ada langsung menutup pintu pengeluaran. Ia menambahkan, dengan terjadinya penyumbatan di pintu pengeluaran, debit air di waduk, terus bertambah dan diperkirakan sudah mencapai 10 juta meter kubik lebih. Debit tersebut, hampir mencapai separuhnya, sebab kapasitas maksimal Waduk Pacal, berkisar 23 juta meter kubik. "Kalau air penuh tidak masalah, sebab bisa keluar melalui pintu pelimpas, " ucapnya. Secara terpisah, Kepala Dinas Pengairan Bojonegoro, Subekti mengatakan, air irigasi Waduk Pacal, sangat dibutuhkan petani di sepanjang daerah irigasinya yang sekarang menanam padi. Diperkirakan, di sepanjang daerah irigasi Waduk Pacal di sejumlah desa di Kecamatan Sukosewu, Kapas, Balen, Sumberrejo, Kanor dan sekitarnya, terdapat areal tanaman padi dengan luas berkisar 16.000 hektare. Tanaman padi yang ada, lanjutnya, sebagian ada yang baru berusia dua pekan, bahkan sebagian lainnya ada yang baru tanam, sehingga sangat membutuhkan air. "Kalau mengandalkan air hujan jelas kurang, " katanya menjelaskan. Namun, lanjutnya, sejauh ini, belum ada petani di sepanjang irigasi Waduk Pacal yang melapor kesulitan air irigasi akibat tersumbatnya pintu pengeluaran Waduk Pacal. "Kalau sementara ini, petani masih memanfaatkan air irigasi dari air hujan, " katanya mengungkapkan. (*)
Pemkab Bojonegoro Desak Penyumbatan Waduk Pacal Diatasi
Minggu, 27 November 2011 15:32 WIB