Pemprov Jatim (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menilai Rumah Sakit Mata Masyarakat (RSMM) Jatim telah berkontribusi besar dalam menyelesaikan permasalahan gangguan penglihatan.
"Inovasi terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terkait kesehatan mata," katanya melalui keterangan tertulis di Surabaya, Rabu.
Khofifah menjelaskan RSMM Jatim didukung teknologi canggih untuk pengembangan layanan sub spesialis seperti relex smile (bebas kacamata dan lensa kontak), low vision, retina, glaukoma, kesehatan mata anak dan strabismus, infeksi dan imunologi, serta rekonstruksi dan onkologi mata.
"Untuk mendukung pelayanan kesehatan mata, di tahun 2023 RSMM Jatim telah membuka poli penyakit dalam sebagai penunjang memberikan kenyamanan pasien dan pengunjung yang memerlukan konsultasi lebih lanjut. Ke depan, beberapa poli sub spesialis juga akan dibuka seperti sub spesialis neuro ophthalmology dan poli subspesialis dry eye," ujarnya.
RSMM Jatim saat ini terdata memiliki jumlah tempat tidur sebanyak 32 unit untuk melayani pasien rawat jalan.
Khofifah menyebut secara kualifikasi RSMM Jatim telah memenuhi kualifikasi rumah sakit mata tipe B.
"Nanti ke depan akan dikembangkan menjadi 40 tempat tidur karena pada dasarnya ini lebih memberikan layanan rawat jalan plus length of stay-nya 2 hingga 3 hari," katanya.
Pada 16 Januari kemarin, Gubernur Khofifah meluncurkan dua aplikasi inovasi dari RSMM Jatim. Yaitu aplikasi Sistem Informasi Gangguan Penglihatan "Low Vision" (SIGALON) dan Aplikasi Digital "Eye Strain Information System" (DESIS).
Aplikasi SIGALON merupakan inovasi untuk deteksi dini kasus low vision dengan metode penilaian mandiri. Fungsi dari aplikasi tersebut untuk meningkatkan cakupan penemuan low vision di masyarakat. Sehingga kelainan-kelainan low vision dapat diatasi lebih dini.
Khofifah mengungkapkan low vision merupakan salah satu gangguan penglihatan yang menjadi prioritas untuk ditanggulangi.
Sedangkan, aplikasi DESIS merupakan aplikasi untuk deteksi dini gangguan penglihatan yang disebabkan oleh penggunaan komputer, tablet dan telepon genggam.
"Dengan dikembangkannya aplikasi SIGALON dan DESIS, saya berharap dapat direplikasikan untuk kasus penyakit mata lainnya, seperti katarak, glaukoma dan retina. Khususnya untuk penyakit katarak karena jumlah kasusnya banyak dan juga menjadi penyebab utama dari kebutaan," tutur Khofifah.
Aplikasi SIGALON dan DESIS untuk deteksi dini gangguan penglihatan
Rabu, 17 Januari 2024 20:14 WIB
Saya berharap dapat direplikasikan untuk kasus penyakit mata lainnya, seperti katarak, glaukoma dan retina