Kediri - Para petani jagung di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menikmati tingginya harga tanaman ini karena masa panen belum mencapai puncak. "Saat ini panen belum mencapai puncak sehingga harga jagung naik. Beberapa hari lalu sempat turun, jadi Rp2.200 sampai Rp2.300 per kilgoram, sekarang menjadi Rp2.500 per kilogram," kata Giono, salah seorang petani asal Desa Watugede, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Senin. Ia mengatakan, harga jagung bisa berubah sewaktu-waktu. Kalau saat ini naik karena stok di pasar masih kurang, mengingat belum puncak panen. Ia berencana segera panen agar karena khawatir, harganya turun lagi, bahkan lebih rendah dari harga pertama, Rp2.300 per kilogram. "Jagung yang sama umurnya sudah tua dan siap panen. Ini saya usahakan segera panen saja, khawatir harga juga terus jatuh," katanya. Giono mengatakan, dengan harga jual Rp2.500 per kilogram, ia masih dapat menikmati keuntungan. Terlebih lagi, produksi jagung yang ditanamnya juga bagus. Namun, ia mengaku masih kebingungan untuk lokasi pengeringan jagung bila panen. Hingga kini, ia belum mempunyai lantai jemur. Pekarangan yang ia miliki juga terbatas, hingga kesulitan jika digunakan untuk menjemur. Untuk itu, ia berencana memborongkan tanaman jagungnya. "Kalau panen sendiri dengan diborongkan, selisihnya cukup sedikit. Jadi, nanti mungkin akan diborongkan saja," ucapnya. Pada kemarau tahun 2011 ini, pemerintah berencana menanam jagung hingga 54,513 hektare dengan produktivitas 75,05 kuintal per hektare, dengan rata-rata produksi mencapai 409,136 ton. Dari luas lahan ini, jagung yang dominan adalah hibrida yang luas lahannya 53,910 hektare dengan produktivitas 75,31 kuintal per hektare dan produksinya 405.988 ton, sementara jenis komposit luas lahannya 604 hektare dengan produktivitas 52,16 kuintal per hektare. Luas lahan yang ditanami tidak jauh berbeda dengan produksi tahun 2010 lalu, dengan luas panen mencapai 55.365 hektare dengan produktivitas 59,20 kuintal per hektare dan produksinya mencapai 3,28 juta kuintal. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kediri, Widada Imam Santoso mengatakan tanaman ini memang banyak ditanam terutama saat kemarau, karena tidak memerlukan banyak air. Namun, ia tetap mengingatkan, petani menggunakan pola tanam yang baik, dan selalu waspada pada serangan hama bulai. "Selama ini belum ada obat antisipasi serangan hama bulai, jadi biasanya langsung dicabut. Kami terus berupaya, dengan memberikan bantuan benih dan terus sosialisasi untuk pola tanam yang baik," kata Widada. (*)
Petani Diuntungkan Dengan Tingginya Harga Jagung
Senin, 31 Oktober 2011 7:22 WIB