Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengajak seluruh pelajar di Kota Pahlawan, Jawa Timur, untuk bijak dalam menggunakan media sosial.
"Anak-anak harus bisa membedakan, menggunakan dan memanfaatkan digitalisasi untuk kepentingan yang baik. Jangan sampai digitalisasi itu akhirnya menciptakan perpecahan di antara kita," kata Wali Kota Eri dalam keterangannya di Surabaya, Rabu.
Menurut dia, di era sekarang, digitalisasi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.
Teknologi digital telah merevolusi berbagai aspek kehidupan. Namun teknologi juga memiliki dampak negatif begitu besar apabila tidak bisa digunakan atau dimanfaatkan secara bijak.
Ia mencontohkan, digitalisasi dengan mudah membuat orang menjadi terkenal melalui platform media sosial (medsos). Di sana, masyarakat dengan mudah menemukan beragam konten. Tetapi, tidak semua konten yang diunggah itu adalah hal yang bersifat positif.
"Jadi harus bisa memilah dan memilih, mana yang baik dan mana yang buruk," ujar Cak Eri panggilan akrabnya.
Untuk itu, ia menekankan bahwa dalam membangun Surabaya 5 tahun ke depan, maka hal yang utama adalah pendidikan harus dilandasi agama, akidah dan akhlakul karimah. Baginya, Bangsa Indonesia dan khususnya Surabaya akan jauh lebih hebat apabila setiap manusianya didasari dengan agama.
"Jadi, Insya Allah dengan karakter yang bagus, dengan pemahaman yang dilandasi agama, maka 5 tahun ke depan anak-anak Surabaya akan mengerti digitalisasi, tapi bisa membedakan mana yang berguna dan bermanfaat, lalu mana yang negatif," ucapnya.
Imbauan tersebut sering disampaikan Cak Eri saat bertemu dengan pelajar di Surabaya. Bahkan hal itu juga disampaikan Cak Eri saat menjadi narasumber dalam acara Forum Group Discussion (FGD) bertajuk "Menatap Surabaya 5 Tahun Ke Depan" dan coaching clinic "Literasi Digital dan Stop Bullying" yang digelar Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) di Balai Pemuda Surabaya pada Selasa (28/11).
Hal sama juga dikatakan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur, Lutfil Hakim. Ia berpesan agar para pelajar dapat memilih dan memilah informasi yang beredar. Terlebih, di era media sosial, informasi dengan mudah didapatkan masyarakat.
"Ruang publik sudah sangat terkontaminasi, maka pilihlah sumber-sumber informasi dari media resmi, media mainstream. Sebab, media pers untuk mengkonstruksi sebuah informasi berita maupun gambar ada tahapan-tahapan yang harus dilalui," katanya.
Pun demikian ketika akan mengunggah konten di media sosial, Lutfil berpesan kepada para pelajar agar dapat mencontoh jurnalis. Dimana setiap konten atau informasi yang diunggah jurnalis, sudah melalui check and recheck dan bisa dipertanggungjawabkan.
"Kalau mau unggah konten ke publik, maka jadilah seperti jurnalis. Ada tahapan-tahapan yang dilalui sebelum konten itu diunggah. Dan yang pasti konten yang diunggah itu bisa dipertanggungjawabkan," ucapnya.
Sementara itu, Ketua SMSI Surabaya, Iskandar Pribowo menerangkan, ada berbagai isu tantangan Surabaya dalam 5 tahun ke depan yang dibahas dalam FGD tersebut. Di antaranya adalah persoalan infrastruktur, ekonomi, kesehatan, pendidikan hingga transportasi.
"Surabaya harus mampu mengatasi berbagai tantangan tersebut agar bisa menjadi kota yang lebih baik di masa depan," kata Iskandar.
Untuk itu, kata dia, pihaknya menegaskan bahwa SMSI akan terus berkontribusi dalam mendukung pembangunan dan kemajuan Kota Pahlawan. Salah satunya dengan menggelar FGD untuk memberikan masukan bagi pemerintah dalam membangun Surabaya yang lebih maju, inklusif, dan berdaya saing.
"Kami berharap FGD ini dapat memberikan masukan dan saran bagi pemerintah dan masyarakat dalam menatap Surabaya 5 tahun ke depan," katanya.