Surabaya (ANTARA) - Matahari belum terbit ketika ribuan orang mengenakan busana serba hitam memenuhi Lapangan Jala Krida Mandala Bumimoro, Surabaya, pada Minggu dini hari, 22 Oktober 2023.
Masing-masing melilitkan sabuk warna hijau di pinggangnya, menandakan identitas santri yang tergabung dalam Pagar Nusa, organisasi sayap atau badan otonom Nahdllatul Ulama (NU) di bidang olahraga pencak silat.
Mereka datang dari berbagai daerah untuk mengikuti acara puncak peringatan Hari Santri 2023 yang dipusatkan di Kota Surabaya.
Sebagian besar memilih beristirahat sembari tiduran dengan beralas tanah di lokasi Kompleks Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan, dan Latihan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (Kodiklatal), yang lebih dikenal dengan sebutan Lapangan Bumimoro itu, sebelum acara dimulai.
Matahari pagi mulai bersinar. Beberapa santri, di antaranya tampak masih tertidur pulas dengan seragam pencak silatnya.
Mereka serentak bangun untuk mengikuti upacara Hari Santri secara tatap layar melalui tayangan streaming yang dipimpin Presiden Joko Widodo (Jokowi) dari Tugu Pahlawan Surabaya pada pukul 07.00 WIB.
Meski mengikuti upacara secara daring, lagu kebangsaan Indonesia Raya disuarakan lantang oleh para santri Pagar Nusa di Lapangan Bumimoro.
Tak kalah lantangnya ketika melanjutkan menyanyikan lagu kebesaran NU "Ya lal Waton". Kemudian dengan khidmat mengikuti upacara Hari Santri hingga selesai sekitar pukul 08.00 WIB.
Presiden Jokowi, usai memimpin upacara Hari Santri di Tugu Pahlawan langsung bergegas untuk menemui para santri Pagar Nusa yang telah menunggunya sejak dini hari di Lapangan Bumimoro.
Tiba sekitar pukul 08.45 WIB, Presiden Jokowi memang telah diagendakan untuk menyaksikan pengukuhan Pengurus Pusat Pagar Nusa masa khidmat 2023 - 2028 di Lapangan Bumimoro.
Pesan perdamaian
Kepada segenap Pengurus Pusat Pagar Nusa yang telah dikukuhkan, Presiden Jokowi menyampaikan pesan tegas, yang juga ditujukan kepada para pendekar dari berbagai perguruan pencak silat lainnya, yaitu agar turut menjaga persatuan bangsa Indonesia.
Maklum, pemberitaan yang beredar selama ini justru antarkelompok perguruan pencak silat di Tanah Air saling bermusuhan.
Pendekar antarpadepokan silat kerap terlibat baku hantam di jalanan, sehingga justru mengganggu ketertiban umum dan meresahkan masyarakat.
Para pendekar antarperguruan pencak silat itu semestinya bertarung unjuk prestasi demi mengharumkan nama bangsa dan negara di gelanggang olahraga, dengan menjunjung fair play, dilandasi jiwa sportivitas tinggi.
Maka Presiden Jokowi ingin kancah persilatan Tanah Air ke depan menjadi kondusif.
Jokowi minta Pagar Nusa yang beranggotakan kaum santri itu menjadi penengah serta mendamaikan perselisihan di antara kelompok perguruan silat yang selama ini terjadi.
"Setuju? Didamaikan! Karena kita semua adalah satu saudara. Kita semua ini sedulur. Semua adalah saudara sebangsa dan se-Tanah Air," tuturnya.
Presiden Jokowi menekankan persatuan yang kuat harus terus dijaga, agar bangsa Indonesia semakin kuat dan sanggup melewati berbagai rintangan dan tantangan perubahan dunia yang sekarang ini dirasa sangat berat.
Untuk itu diminta dengan kesadaran sendiri agar Pagar Nusa dan seluruh perguruan pencak silat bersatu.
Menjelang tahun politik, semua insan persilatan diminta agar turut menjaga penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang lancar dan kondusif, demi keberlanjutan pembangunan bangsa Indonesia yang lebih baik.
Kawal NKRI
Ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa M Nabil Haroen mengungkapkan pemilihan tempat di Bumimoro, untuk pengukuhan pengurus pusat yang berjumlah 80 orang, bertepatan dengan momen peringatan Hari Santri 2023, sekaligus untuk menapaktilasi sejarah pertempuran demi mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Kota Surabaya, sebelum akhirnya pecah peristiwa 10 November 1945.
Pada 22 Oktober 1945, salah satu pendiri NU KH Hasyim Asy'ari mengobarkan semangat Resolusi Jihad, setelah mengetahui pasukan Nederlandsch Indische Civiele Administratie (NICA), sebagai perpanjangan tangan Pemerintah Belanda menduduki Kota Surabaya untuk mengambil alih kekuasaan setelah berakhirnya masa pendudukan Jepang yang kalah dalam Perang Dunia II.
KH Hasyim Asy'ari memerintahkan bahwa fardhu ain bagi umat Islam dalam radius 90 kilometer untuk berangkat perang mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia, yang ditindaklanjuti oleh kehadiran para santri dari berbagai daerah di Kota Surabaya.
"Tentara NICA bersama pasukan sekutu waktu itu datang melalui Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Pertempuran para santri menghadang tentara NICA dan sekutunya terjadi di Bumimoro sini, yang tidak begitu jauh dari Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya," kata Nabil, mengenang.
Saat itu, pertempuran sengit melawan tentara NICA dan sekutunya juga terjadi di berbagai wilayah Kota Surabaya lainnya. Hingga akhirnya Brigadir Mallaby, salah satu komandan pasukan Sekutu dari Inggris, tewas dalam pertempuran tersebut.
Puncaknya, kaum santri bersama Arek-arek Suroboyo dan para pejuang lainnya yang datang dari berbagai daerah turut berperan memukul mundur tentara NICA dan pasukan Sekutu dari Kota Surabaya pada 10 November 1945, sehingga kemerdekaan Republik Indonesia yang telah diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 berhasil dipertahankan.
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas memaknai bahwa santri selalu ambil bagian di setiap peristiwa penting perjalanan bangsa Indonesia.
"Saya kira momentum Hari Santri adalah untuk mengingatkan kembali bahwa setiap episode sejarah negeri ini, dalam peristiwa apapun itu, selalu melibatkan santri," katanya.
Maka, sepakat dengan Presiden Jokowi, memasuki tahun politik, Yaqut juga mengingatkan para santri untuk turut menyukseskan Pemilu 2024 yang kondusif demi menjaga persatuan bangsa.
Lebih tegas lagi, Ketua Umum Pengurus Besar NU Yahya Cholil Staquf menekankan bahwa segenap pendekar santri Pagar Nusa harus berkhidmat dan menghayati semangat Ahlussunnah wal Jamaah atau kelompok orang yang selalu berpedoman pada ajaran Nabi Muhammad SAW, sebagaimana cita-cita awal didirikannya organisasi massa Islam ini.
"Saya minta ruh Ahlussunnah wal Jamaah dipegang teguh, sehingga berguna untuk kemanusiaan," ujarnya.
Sementara terik matahari pagi itu semakin terasa menyengat. Lapangan Bumimoro telah menjadi saksi bisu perjuangan santri dalam pertempuran mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 1945. Kali ini areal penggemblengan prajurit matra laut RI itu kembali menjadi saksi bagi ribuan santri yang meneguhkan tekad nasionalisme untuk terus mengawal keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dari Bumimoro, menggugah nasionalisme santri untuk Indonesia
Oleh Hanif Nashrullah Rabu, 25 Oktober 2023 8:10 WIB
Bumimoro telah menjadi saksi bisu perjuangan santri