Surabaya (ANTARA) - Universitas Ciputra (UC) Surabaya meresmikan pusat pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat, inovasi dan kebijakan publik yang membahas isu-isu strategis terkait budaya yang diberi nama Center for Sustainable Design (CoS) di kampus setempat, Selasa.
"CoS ini diresmikan untuk membahas isu-isu terkait keanekaragaman budaya, identitas, komodifikasi budaya, dan upaya bersama menciptakan warisan budaya berkelanjutan dengan pendekatan kewirausahaan," kata Koordinator CoS, Yoanita Kartika Sari Tahalele.
Yoanita menjelaskan bahwa center ini awalnya didirikan karena program Matching Fund Kedaireka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk merangkul seluruh civitas akademika, pemerintah, industri, praktisi dan masyarakat untuk bersama mengembangkan ekosistem sustainability.
"CoS juga telah bekerjasama dengan banyak industri, dari industri kulit, garmen hingga plastik, dalam mengolah limbah industri menjadi produk-produk yang memiliki nilai desain, estetika dan komersial yang tinggi," katanya.
Peresmian CoS juga sekaligus re-launching Centre for Creative Heritage Studies (CCHS) yang merupakan pusat kajian warisan budaya.
Baca juga: Rektor bangga UC jadi perintis dari entrepreneur education
Yuanita menjelaskan re-launching ini mengusung konsep baru yaitu ‘GLeAM’ (Gallery, Library, education, Archive and Museum) bersamaan dengan pendirian Interpretation Centre for Creativity and Innovation (ICCI) di lantai 19 UC Tower.
ICCI merupakan wadah untuk menginterpretasikan makna dan signifikansi warisan budaya melalui berbagai media dan metode kreatif lainnya.
CoS dan CCHS berkolaborasi dengan Museum Gubug Wayang dalam acara ini menampilkan 12 wayang kardus purwa versi Jawa Tengah yang terbuat dari bahan dasar sak semen bekas.
"Pembuatan Wayang dari sak semen merupakan suatu upaya untuk mengurangi sampah sak semen dan memanfaatkan nya menjadi wayang tanpa mengorbankan nilai-nilai budaya dari wayang," ujar Yoanita.
Dengan adanya CoS ini diharapkan seluruh civitas akademik, industri, pemerintah dan masyarakat sadar akan pentingnya pengelolaan dan pengolahan sampah yang baik.
"Sehingga dapat menciptakan masyarakat yang lebih baik dan ramah lingkungan. Dan salah satu pengelolaan sampah yang baik adalah dengan melalui pemanfaatan sampah menjadi produk-produk yang mempunyai nilai estetik desain, budaya dan komersial," katanya.
Penasihat Museum Gubug Wayang, Tri Suhartanto mengungkapkan dalam upaya pelestarian budaya dan menjaga lingkungan, pihaknya memboyong koleksi wayang yang terbuat dari bahan daur ulang.
Dipilihnya wayang berbahan sak semen ini karena kualitasnya yang masih baik jika digunakan untuk wayang. Bahkan terlihat lebih baik dibandingkan berbahan kulit, karena bisa dibuat antiair.
"Kalau kulit butuh perawatan khusus dan harus ramah lingkungan. Tentunya dengan adanya wayang berbahan sak semen kita bisa memajukan budaya melalui limbah atau kertas semen yang tidak terpakai," kata dia.