Surabaya (ANTARA) - Chief Financial Officer Prudential Syariah Paul Setio Kartono menyatakan kesadaran untuk mengelola keuangan masyarakat Indonesia masih tergolong rendah oleh karena itu dibutuhkan literasi secara kontinyu terkait hal tersebut.
"Dari data survei yang kami kumpulkan, hanya 5,25 persen masyarakat Indonesia yang yakin bisa mengelola keuangannya setelah masa pensiun," ucapnya.
Hal tersebut, menurut Paul, dipicu karena pada saat menginjak umur 35 tahun belum mulai merencanakan keuangan.
"Saat menginjak umur 41 tahun, kebanyakan masyarakat baru memulai merencanakan masa pensiunnya," katanya.
Selain itu, lanjutnya, menurut survei, dana darurat yang dimiliki masyarakat Indonesia masih belum ideal.
"Karena hanya 46 persen korespoden Indonesia yang mampu bertahan hidup satu minggu dari dana darurat," tuturnya.
Oleh karena itu, pihaknya mengenalkan produk untuk memperkuat dukungan ekosistem syariah di Indonesia, yakni "Pru Anugerah Syariah".
"Manfaat Pru Anugerah Syariah antara lain memberikan 100 persen dana di usia mapan, perlindungan hingga 120 tahun, santunan asuransi 150 persen, santunan meninggal dunia akibat kecelakaan total 350 persen, bebas kontribusi jika terkena salah satu dari 60 penyakit kritis dan fleksibilitas pembayaran 5 tahun hingga 15 tahun," ujar Paul.
Khusus santunan meninggal dunia, menurut dia, ada dua hal yakni jika kecelakaan biasa ditanggung 100 persen jika hal tersebut terjadi saat umroh atau haji akan ditanggung 200 persen.
"Perlindungan hingga 120 tahun maksudnya adalah untuk memberikan warisan kepada keluarga," ucapnya.
Dengan begitu, kata dia, baik pemilik maupun keluarga akan menerima manfaat dari programnya.
"Ada juga dana hibah, yang disalurkan ke sesama peserta asuransi, jadi manfaatnya bisa menjadi nilai religius," kata dia.