Bojonegoro Susun Buku Jejak Petilasan Anglingdarma
Selasa, 20 September 2011 13:52 WIB
Bojonegoro - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disburpad) Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), bekerja sama dengan Balai Pelestarian Nilai Sejarah dan Tradisi (BPNSI) Yogyakarta, menyusun buku "Jejak Petilasan Anglingdarma."
Salah seorang penulis buku dari BPNSI, Drs Sukari, di Bojonegoro, Selasa mengatakan, penulisan buku Jejak Petilasan Anglingdarma itu dilakukan sejak 2009 dengan diawali peninjauan lapangan di Desa Wotangare, Kecamatan Kalitidu.
Desa setempat, lanjutnya, selama ini diyakini masyarakat merupakan bekas Kerajaan Malawapati dengan rajanya yang terkenal Prabu Anglingdarma. "Tim BPNSI melakukan peninjauan lapangan selama dua pekan, sebelum menyusun buku ini," jelasnya.
Menurut dia, peninjauan lapangan tersebut dilakukan di lokasi tanah "mbag" (berlumpur) dan juga sejumlah lokasi lainnya yang diperkirakan merupakan petilasan Anglingdarma.
Selain itu, pihaknya juga melakukan wawancara dengan berbagai tokoh masyarakat yang masih menyimpan sejumlah benda pusaka yang ditemukan di sekitar lokasi yang diyakini peninggalan Kerajaan Malawapati.
"Kami juga meninjau lokasi yang biasa ditemukan batu bata kuno, masih di Desa Wotangare," kata penulis yang juga turut melakukan penelitian, Dra Suyami MHum.
Menurut dia, dengan adanya berbagai bukti yang ada tersebut, besar kemungkinan lokasi di sekitar tanah mbag di Desa Wotangare tersebut, dulunya merupakan bekas Kerajaan Malawapati.
"Ini gambar peta lokasi kerajaannya, di sekitar tanah mbag," jelas Sukari, sambil menunjukkan peta di buku itu.
Suyami juga mencontohkan, di Trowulan, Mojokerto, sekarang ini diyakini merupakan bekas lokasi Kerajaan Majapahit. Ini setelah terungkap banyak warga yang melakukan penggalian tanah dengan kedalaman sekitar 0,5-1 meter, menemukan batu bata kuno.
Begitu pula, lanjutnya, di tanah mbag yang berlumpur itu, dari keterangan yang diperoleh bahwa di bawahnya merupakan sebuah pondasi.
"Ini saya ketahui dari warga setempat yang pernah tercebur di tanah mbag itu," jelas Suyami.
Menjawab pertanyaan, Suyami menegaskan, kalau di berbagai daerah di Indonesia, diketahui juga memiliki legenda serupa Anglingdarma, bisa dimaklumi.
Diperkirakan, di era dulu karena Prabu Anglingdarma, seorang raja, dimungkinkan memiliki istri tidak hanya satu.
"Dengan demikian di berbagai daerah di Indonesia masyarakat setempat meyakini ada kisah tentang Anglingdarma," katanya menjelaskan.
Sukari menyatakan, buku dengan judul Jejak Petilasan Anglingdarma setebal 84 halaman dilengkapi dengan foto tersebut, masih dalam tahap pematangan.
Untuk melengkapi buku yang disusun tersebut, pihaknya masih membutuhkan penelitian arkeologi untuk menemukan bukti riil keberadaan Kerajaan Malawati.
"Kami masih membutuhkan masukan berbagai pihak, untuk melengkapi buku ini, sebelum diterbitkan dan diedarkan ke masyarakat," katanya menegaskan.