Jember - Sebentar lagi seluruh umat muslim merayakan "Hari Kemenangan" karena Hari Raya Idul Fitri 1432 Hijriah sudah di ambang pintu setelah umat muslim melakukan ibadah puasa selama sebulan penuh. Menjelang Lebaran, umat muslim selalu dihadapkan dengan tradisi tahunan yang tidak bisa ditinggalkan oleh bangsa Indonesia, yakni mudik atau pulang ke kampung halaman untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga tercinta. Mudik Lebaran juga menjadi momentum untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara dan masyarakat di kampung halaman setelah sekian lama tidak bertemu karena berada di perantauan. Saat musim mudik, seluruh tiket sarana transportasi baik darat, laut, maupun udara dipastikan ludes diserbu para pemudik. Bahkan, tidak sedikit para pemudik harus rela berdesak-desakan, antre berjam-jam atau membayar biaya yang tinggi kepada calo agar bisa mudik dan berkumpul dengan keluarga tercinta di kampung halaman. "Tradisi mudik sudah menjadi budaya di Indonesia dan tidak bisa ditinggalkan karena Lebaran terasa tidak lengkap tanpa mudik dan berkumpul dengan sanak saudara," kata Eris Anggraini pemudik asal Kabupaten Banyuwangi. Perjalanan mudik dari Banyuwangi menuju ke Surabaya menjadi pengalaman tersendiri bagi perempuan beranak satu itu karena harus mudik sendiri bersama anaknya yang berusia enam tahun, tanpa didampingi suami. "Kebetulan suami saya sudah ada di Surabaya karena tempat bekerjanya di sana. Jadi saya bersama anak saya harus mudik sendiri," kata ibu rumah tangga itu. Mudik seorang diri dengan membawa anak yang masih kecil dan barang bawaan yang banyak, lanjut dia, harus lebih waspada karena selama perjalanan mudik rawan tindak kejahatan. "Tahun ini, saya mudik dengan menggunakan bus dari Banyuwangi menuju Terminal Tawangalun Jember, selanjutnya berganti bus patas untuk melanjutkan perjalanan ke Surabaya," paparnya. Fenomena berdesak-desakan di dalam bus ekonomi selama mudik pernah dirasakan perempuan yang juga menggeluti bisnis kue kering Lebaran itu sehingga memerlukan perjuangan untuk berebut tempat duduk dengan penumpang lain. "Memang kalau naik bus ekonomi risikonya berdesak-desakan, namun tahun ini saya memilih naik bus patas untuk menghindari hal itu dan perjalanan lebih cepat," katanya. Para pemudik kadang tidak lagi peduli harus berjubel di dalam kendaraan umum atau mengantre panjang untuk mendapatkan tiket kereta api atau kendaraan umum. Bahkan, tidak jarang menghadapi risiko penipuan atau pencopetan selama perjalanan pulang kampung. "Saya selalu waspada untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama mudik karena bahaya copet dan penipuan selalu mengintai setiap pemudik yang menggunakan transportasi umum," paparnya. Eris mengaku tidak pernah membawa uang tunai terlalu banyak dan perhiasan yang berlebihan karena dapat mengundang tindak kejahatan selama perjalanan mudik. "Saya selalu membawa uang pas untuk bayar bus dan angkutan umum selama perjalanan menuju ke kampung halaman dan tidak pernah menggunakan perhiasan yang mencolok," katanya. Perjalanan selama tujuh hingga delapan jam dari Banyuwangi menuju Surabaya memang terasa melelahkan, namun hal itu tidak pernah menyurutkan niat Eris bersama putrinya untuk selalu mudik ke kampung halaman, setiap tahun jelang Lebaran. "Mudik merupakan tradisi yang harus dilakukan menjelang Lebaran karena bersilaturahmi dan melepas rindu bersama keluarga di kampung halaman merupakan sesuatu yang tak ternilai harganya," ucapnya sambil tersenyum. Hal senada juga disampaikan warga Jember yang hendak mudik ke Kertosono, Kabupaten Nganjuk dengan menggunakan jasa kereta api, Totok S. Mianta. "Lebaran memang belum lengkap tanpa mudik ke kampung halaman, meski harus berdesak-desakan untuk naik kereta ke tempat tujuan," tuturnya. Mudik menggunakan jasa transportasi KA, lanjut dia, menjadi pilihan favorit bagi masyarakat yang tidak ingin terjebak macet selama arus mudik dan balik Lebaran karena kepadatan arus lalu lintas cukup tinggi selama mudik. "Hampir tiap tahun, saya bersama istri dan anak-anak saya naik kereta untuk mudik ke Kertosono karena lebih santai dan bisa membawa barang banyak di dalam gerbong," paparnya. Pengalaman dijambret juga pernah dialami Totok bersama istrinya saat kembali dari Kertosono menuju Jember dengan menggunakan KA Logawa jurusan Purwokerto-Jember. "Kalung emas istri saya langsung ditarik oleh penjambret saat berdesak-desakan di dalam kereta dan pelaku langsung melompat dari gerbong, padahal kereta dalam posisi berjalan," kenangnya. Sejak kejadian tersebut, kata dia, istrinya tidak pernah memakai perhiasan berlebihan selama mudik dan balik Lebaran karena mengundang tindak kriminalitas. "Pengalaman itu menjadi pelajaran yang berharga bagi kami. Sekarang tidak pernah memakai perhiasan sama sekali selama mudik dan membawa uang pas-pasan untuk transportasi menuju ke kampung halaman," ujarnya. Meski mengalami pengalaman pahit, Totok bersama istri dan dua anaknya tidak pernah jera untuk mudik menggunakan jasa kereta api karena mudik menjadi momentum nostalgia bersama sanak saudara di desa. "Saya tidak pernah kapok untuk mudik dan tradisi pulang kampung akan tetap dilakukan menjelang Lebaran, namun saya harus meningkatkan kewaspadaan lebih tinggi selama arus mudik dan balik Lebaran tahun ini," ucap pembudidaya ikan lele tersebut. Perjuangan mudik untuk menuju ke kampung halaman, juga dirasakan oleh staf Humas dan Protokol Universitas Jember, Rokhmad Hidayanto. "Saya pernah mengalami insiden kecelakaan saat arus mudik menuju ke Ponorogo, namun alhamdulillah tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut," katanya. Bus yang dinaiki pria yang akrab di sapa Didung itu bersama istrinya "nyungsep" di kawasan hutan Saradan-Madiun sehingga harus berganti bus untuk melanjutkan perjalanan mudik ke kampung halaman di Ponorogo. "Insiden kecelakaan itu tidak menyurutkan niat saya untuk tetap mudik ke kampung halaman jelang Lebaran karena mudik menjadi keharusan dalam momentum Hari Raya Idul Fitri," katanya. Menggunakan tranportasi bus untuk mudik, kata dia, tidak lepas dari berdesak-desakan di dalam kendaraan, sehingga rawan tindak kriminalitas seperti copet dan jambret yang juga naik dalam bus tersebut. "Pemudik memang harus waspada dan berhati-hati selama mudik karena tindak kejahatan selalu mengintau," kata Didung yang juga menjadi penggerak paduan suara mahasiswa (PSM) Universitas Jember itu. Ia menilai tradisi mudik merupakan kebahagiaan tersendiri bagi umat muslim untuk bertemu dengan sanak saudara di kampung halaman, meski perjuangan untuk mudik tidaklah mudah. "Mudik merupakan tujuan yang sangat mulia dan memiliki nilai ukhuwah yang sangat tinggi, sehingga perlu dilestarikan hingga anak-cucu kelak," ucap laki-laki berkacamata tersebut. Kesiapan Transportasi Mudik Tradisi mudik tentu berkaitan langsung dengan kesiapan transportasi umum yang digunakan para pemudik baik moda transportasi darat, laut, dan udara karena ketidaksiapan moda transportasi berakibat fatal bagi pemudik. Pemerintah melalui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Mustafa Abubakar, sudah mengumpulkan sejumlah perusahaan milik negara untuk memastikan kesiapan fasilitas dan layanan BUMN infrastruktur dan transportasi menghadapi Lebaran 2011. PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi (Daop) IX Jember sudah melakukan sejumlah persiapan dalam menyambut arus mudik dan balik Lebaran 2011 seperti perbaikan jalur kereta api sepanjang Kabupaten Pasuruan hingga Banyuwangi dan menambah gerbong di sejumlah rangkaian. Humas PT KAI Daop IX Jember, Gatut Sutiyatmoko, mengatakan jalur KA yang sudah diperbaiki sekitar 200 kilometer, terutama di jalur tikungan sepanjang Kalistail-Glenmore-Garahan-Ledokombo-Klakah-Malasan. "Perbaikan sarana dan prasarana KA merupakan persiapan menyambut arus mudik dan balik Lebaran, sehingga penumpang KA merasa nyaman selama perjalanan mudik," tuturnya. Untuk meningkatkan pelayanan, kata dia, PT KAI melayani pemesanan tiket kereta kelas ekonomi, bisnis, dan eksekutif untuk arus mudik dan balik Lebaran 2011 sehingga mereka tidak perlu antre untuk membeli tiket pada saat mudik. "Tiket KA kelas eksekutif dan bisnis sudah bisa dipesan 40 hari sebelum keberangkatan calon penumpang, sedangkan tiket kereta kelas ekonomi bisa dipesan sebelum tujuh hari keberangkatan," katanya menjelaskan. Daop Jember memprediksi jumlah penumpang selama arus mudik Lebaran 2011, sepanjang Kabupaten Pasuruan hingga Banyuwangi, Jawa Timur, mencapai 90.022 orang. "Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang, PT KAI Daop Jember sudah menambah sejumlah gerbong pada rangkaian kereta api kelas eksekutif, bisnis, dan ekonomi," katanya menambahkan. Sementara kesiapan armada bus di Terminal Tawangalun menjelang Lebaran juga sudah terlihat seperti pos pengamanan mudik, posko kesehatan, dan penambahan jumlah armada bus di terminal setempat. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terminal Tawangalun Dinas Perhubungan Jember, Gatot Triyono, mengatakan jumlah armada bus antar kota dalam provinsi (AKDP) sebanyak 495 bus dan armada bus antar kota antar provinsi sebanyak 135 bus. "Biasanya jumlah bus yang beroperasi baik AKDP maupun AKAP di Terminal Tawangalun sebanyak 250 bus per hari. Ada kemungkinan bertambah jumlah bus yang beroperasi selama mudik Lebaran, namun jumlahnya tidak signifikan karena sepinya penumpang," tuturnya. Ia memprediksi puncak arus mudik di Terminal Tawangalun terjadi pada H-3 Lebaran, sedangkan puncak arus balik diprediksi pada H+3 Lebaran 2011. "Kami selalu mengimbau kepada pemudik untuk berhati-hati saat berada di Terminal Tawangalun melalui pengeras suara di terminal, agar pemudik tetap waspada dalam perjalanan mudik," katanya menambahkan. Sementara Kepolisian Resor (Polres) Jember menyiagakan sebanyak 300 personel dalam "Operasi Ketupat 2011" dalam mengamankan arus mudik dan balik Lebaran di Kabupaten Jember. "Kami menyiagakan sebanyak 300 personel Polri dan dibantu instansi samping atau ormas sebanyak 119 personel untuk mengamankan arus mudik dan balik Lebaran di Jember," kata Kapolres Jember, AKBP Samudi. Sepanjang jalur mudik di Jember, kata dia, didirikan sebanyak 10 pos pengamanan dan satu pos pelayanan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama arus mudik. "Kepadatan arus lalu lintas selama mudik rawan kecelakaan dan kemacetan, sehingga pos pengamanan itu akan membantu mengurai kemacetan dan mengamankan perjalanan para pemudik dari tindak kejahatan," ucap mantan Kapolres Jombang itu. Tradisi mudik Lebaran sudah mendarah daging bagi masyarakat, utamanya umat Islam dalam merayakan hari kemenangan itu. Apa pun kesulitan dan penderitaan dalam perjalanan mudik, mereka tetap menikmatinya dan tidak akan pernah jera oleh ironi.*
Berita Terkait

Okupansi penumpang KA di Jember meningkat jelang libur 1 Muharram
26 Juni 2025 22:53

KAI Jember catat tren positif angkutan penumpang 2025
25 Juni 2025 20:04

Bupati Jember siapkan bonus untuk atlet berprestasi di Porprov Jatim
25 Juni 2025 17:00

Bupati Jember sampaikan langkah strategis dalam rapat paripurna DPRD
24 Juni 2025 22:05

KAI Daop Jember siapkan 170.886 tempat duduk selama liburan sekolah
24 Juni 2025 14:18

Wapres tindak lanjuti aspirasi keberlanjutan JLS Banyuwangi-Jember
23 Juni 2025 19:19

Jamaah haji dan keluarga ungkap kebahagiaan lepas dari teror bom
22 Juni 2025 13:05